Tujuh Inisiatif Pengembangan ASEAN Smart Cities: Rekomendasi PACIS bagi Penguatan Peran Indonesia sebagai ASCN Shepherd

Pembangunan Smart Cities di negara-negara ASEAN diakui sangat penting mengingat perkembangan urbanisasi dan digitalisasi yang semakin meningkat di Kawasan Asia Tenggara. Lebih dari separuh populasi ASEAN tinggal di daerah perkotaan dan jumlah tersebut akan terus meningkat di tahun 2025. Pembangunan Smart Cities diharapkan dapat membantu mengatasi dampak negatif dari arus urbanisasi yang berlangsung dengan cepat.

ASEAN Smart Cities Network (ASCN) dibentuk tahun 2018 untuk mendorong akselerasi pembangunan smart cities dalam rangka mengatasi masalah-masalah urbanisasi tersebut. Perannya diakui semakin meningkat di tahun 2024 ini.

Sejak dipilih sebagai ASCN Shepherd, pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk memainkan perannya secara optimal. Kementerian Dalam Negeri yang menjadi focal point dari ASCN menggandeng berbagai pihak seperti Parahyangan Center for International Studies (PACIS) dan ASECH, Center of Excellence on Smart City untuk menggali masukan bagi optimalisasi peran Indonesia sebagai ASCN Shepherd.

Sebagai bagian dari komitmen optimalisasi peran Indonesia sebagai ASCH Shepherd tersebut, Direktorat Jenderal Administrasi Kewilayahan menyelenggarakan Focus Group Discussion “Kajian Penatakelolaan Kelembagaan ASEAN Smart City Network (ASCN) di Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2024” bekerja sama dengan PT Karsa Persada Mulia di Jakarta pada 7 Oktober 2024.

FGD dibuka oleh Bapak Purwo Laksito, Kepala Subdirektorat Perkotaan dan Fasilitasi Masalah Pertanahan, Kementerian Dalam Negeri. Pak Laksito menyampaikan terimakasih atas dukungan Tim PACIS Unpar terhadap peran Indonesia sebagai ASCN Shepherd. Kajian PACIS penting untuk menjadi salah satu acuan bagi Kemendagri dalam mengoptimalkan peran Indonesia sebagai Shepherd. Bapak Laksito mengharapkan peran Indonesia bisa lebih diperkuat dengan telah terbentuknya ASECH sebagai Center of Excellence yang membidangi Pembangunan smart cities secara khusus.

FGD tersebut dimoderatori oleh Pak Gensly, Analis Kebijakan Ahli Madya Perkotaan dan Fasilitasi Pertanahan. Pak Gensly menyampaikan harapan terkait apa saja yang dapat dilakukan Indonesia sebagai Shepherd dan langkah-langkah kongkrit mewujudkan rekomendasi tersebut.

Tim Kajian ASCN PACIS berkesempatan untuk memaparkan hasil kajian yang telah dilakukan sejak April 2024. Kajian tersebut disusun berdasarkan desk study, observasi dan wawancara di pertemuan tahunan ASCN 30 Juli – 1 Agustus 2024 di Luang Prabang. Tim PACIS juga menyampaikan sejumlah rekomendasi berdasarkan hasil kajian tersebut.

Ratih Indraswari memulai paparannya tentang Forum Kolaborasi dan bagaimana Langkah-langkah kongkrit untuk mewujudkan kolaborasi yang kuat.

Dilanjutkan paparan Marshel Adi Putra yang telah melakukan observasi terkait peran sektor swasta dalam mengembangkan inovasi-inovasi terkait Pembangunan smart cities. Marshell menyampaikan perlu disediakan ruang yang lebih besar bagi sektor-sektor privat pengembang inovasi di level ASEAN untuk bertemu dan berbagai pengalaman di antara mereka satu sama lain.

Paparan dilanjutkan oleh Ibu Jessica Martha yang melihat perlunya kerja sama yang lebih kuat di antara mitra-mitra dialog. Masalah-masalah kekurangan pendanaan bagi kota-kota cerdas di ASCN dapat dibahas dalam forum kemitraan.

Yulius P Hermawan menyampaikan bagaimana capacity building dapat dilakukan untuk mengakselerasi Pembangunan smart city dengan menggandeng mitra dialog ASEAN dan Lembaga pendanaan Kerjasama Pembangunan internasional dari negara-negara ASEAN maupun mitra dialog ASEAN.

Albert Triwibowo memaparkan temuan dan rekomendasi terkait pengembangan standardisasi dan mekanisme monitoring dan evaluasi, serta pentingnya pembangunan ekosistem ASCN.

Pada akhir paparan, Tim Kajian ASCN PACIS menyampikan rekomendasi 7 inisiatif yang dapat dilakukan untuk memperkuat Pembangunan smart cities di ASEAN.

  1. Pentingnya mempromosikan rangkaian diskusi secara regular untuk membahas prioritas-prioritas bersama dalam proyek-proyek Pembangunan smart cities di ASEAN
  2. Penyelenggaraan pertemuan formal dan informal, workshop atau side event bagi sektor-sektor swasta yang bergerak di bidang inovasi dan teknologi dalam pertemuan tahunan ASCN
  3. Perlunya mengembangkan mekanisme sharing di antara mitra dialog ASEAN di mana masing-masing dapat berbagi pengalamannya dalam proyek-proyek Pembangunan Smart Cities
  4. Pembangunan kapasitas melalui pelatihan-pelatihan yang melibatkan perwakilan-perwakilan smart cities di ASEAN
  5. Mendorong penerapan komitmen dan guidelines yang pernah dikembangkan di ASCN
  6. Mempromosikan mekanisme Monitoring dan Evaluasi kemajuan dan capaian dengan mekanisme yang lebih mendorong keterlibatan smart cities
  7. Memfasilitasi interaksi melalui platform digital

FGD dilanjutkan dengan tanggapan dari para peserta. Ibu Erika, CEO ASECH membagikan pengalamannya dalam membangun kolaborasi antar kota-kota cerdas di Indonesia dan kemudian menginisiasi kerja sama dengan kota-kota cerdas ASEAN. Ibu Erika juga mengakui pentingnya komunikasi di antara perwakilan smart cities dan seluruh stakeholders yang berada dalam ekosistem ASCN.

Tanggapan juga disampaikan oleh beberapa staf dari Ditjen Administrasi Kewilayahan. Perlu dilakukan langkah-langkah kongkrit untuk mengkomunikasikan rekomendasi kajian dengan Sekretariat ASEAN dan Country Representative dari Malaysia yang menjadi ketua ASCN pada tahun 2025. Upaya-upaya kongkrit tersebut akan memperkuat peran Indonesia sebagai ASCN Sphepherd 2023-2025.

Tim Kajian ASCN PACIS terdiri dari Yulius P Hermawan, Albert Triwibowo, Marshell Adi Putra, Jessica Martha, Ratih Indraswari, serta didukung oleh sejumlah mahasiswa peneliti Kezia Aryani Ulitua Hutabarat, Audrey Eufrasia, Reyner Thaddeus, Abigail Shanie Tjota dan Jonathan Kay.