Dua wanita Lebanon berjalan di sebuah jalan di Beirut Barat yang hancur akibat penembakan Israel selama “Operasi Perdamaian untuk Galilea” pada 24 Juli 1982. 
Penulis: Kalyani Mahardika Putri
Dunia sedang terbangun dari sebuah realitas baru di Timur Tengah pasca serangan Israel ke Beirut, Lebanon tanggal 23 September 2024. Serangan udara yang berupa misil terhadap 1.600 target Hezbullah di Lebanon pada hari Senin tersebut, menurut pihak berwenang Lebanon, telah menewaskan 492 orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi pada hari yang paling mematikan dalam sejarah Lebanon sebagai sebuah negara independen.
Sejak 23 hingga 30 September lalu, tercatat ada sebanyak 816 orang , termasuk wanita dan anak-anak, terbunuh dan 2.507 lainnya terluka dalam serangan Israel yang berlangsung di Lebanon. Jumlah korban kemungkinan akan bertambah mengingat militer Israel masih melakukan serangan udara di beberapa area di Lebanon. Diperkiraan ada sebanyak satu juta orang yang mengungsi di Lebanon, menurut CNN (1/10/2024).
Salah satu pemimpin Hezbullah yang dikabarkan meninggal adalah Hassan Nasrallah dalam serangan udara di Beirut, Jumat (27/9/2024). Terbunuhnya Nasrallah membangkitkan amarah para pemimpin Hezbullah lainnya, yang berkomitmen untuk membalas kematian Nasrallah tersebut dengan skala serangan yang lebih besar. Di Iran, para jihadis Islam dan sekutunya berkabung atas kematian Nasrallah dan bersumpah akan membalas dendam dan di jalan-jalan, teriakan-teriakan kematian bagi Israel berkumandang.
Meninggalnya pemimpin Hezbullah tersebut menandai potensi eskalasi konflik besar di antara Israel dan Lebanon yang sedang berlangsung lebih dari lima puluh tahun tersebut. Di satu sisi, kelompok Hezbullah mengkonsolidasikan dirinya dengan dukungan Iran.
Sementara Israel telah memobiliasi pasukannya yang diperkirakan jumlahnya mencapai 7.500 hingga 10.000 tentara yang sudah memasuki area perbatasan selatan Lebanon.
Israel terus menyasar pemimpin-pemimpin kelompok teror tersebut. Israel juga melakukan serangan jarak jauh terhadap Houthi di Yaman.
Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan terus menyerang kelompok teror tersebut di Lebanon dan di sekitar wilayah tersebut. “Kami mengubah realitas Strategis di Timur Tengah mengubah keseimbangan kekuatan membawa serta kemungkinan menciptakan aliansi baru di wilayah kami karena alasan sederhana karena kami memenangkan musuh-musuh kami dan teman-teman kami kembali untuk melihat Israel sebagaimana adanya sebagai negara yang kuat, negara penentu, negara yang kuat,” kata perdana menteri, Netanyahu yang disampaikan di pidatonya melalui saluran Global News.
Melihat dari sejarah antara Israel dan Lebanon, kedua entitas negara terkait memiliki hubungan yang sangat fluktuatif. Pada Juni 1982, Israel pernah menginvasi Lebanon dengan tujuan untuk menghancurkan Organisasi Pembebasan Palestina. Upaya tersebut mengalami kegagalan sehingga membuat Israel dan AS menarik pasukannya dari Lebanon pada bulan September di tahun yang sama. Ketegangan di antara kedua negara terus terjadi di mana masing-masing mengirimkan roketnya dengan skala terbatas.
Serangan Israel ke Lebanon dalam hari-hari terakhir ini telah membuka jalan bagi kebangkitan Hizbullah, yang muncul sebagai kelompok gerilyawan yang kuat dengan dukungan Iran yang signifikan.
Melihat dari kondisi saat ini, kekuatan Hezbullah memiliki potensi melemah, namun tetap menjadi kekuatan yang kuat di wilayah tersebut, Analis menyebut bahwa Amerika Serikat harus berhati-hati memposisikan dirinya dalam memberikan dukungan bagi serangan darat Israel ke Lebanon. Amerika Serikat harus melihat kembali kegagalan di tahun 1980an. Amerika Serikat juga harus belajar dari kasus intervensinya ke Irak di 2003, di mana kemenangan militer AS di Irak ternyata tidak serta merta membuat proses stabilisasi domestik di negara tersebut dapat berlangsung dalam waktu cepat.
Referensi:
@FinancialTimes. “Financial Times,” 2018. https://www.ft.com/content/a7da45e1-c32d-4d98-903d-214cfae842f0.
Al Jazeera Staff. “The History of Conflict between Hezbollah and Israel.” Al Jazeera. Al Jazeera, September 18, 2024. https://www.aljazeera.com/news/2024/9/18/hezbollah-and-israel-a-timeline-of-conflict.
Dua Wanita Lebanon Berjalan Di Sebuah Jalan Di Beirut Barat Yang Hancur Akibat Penembakan Israel Selama “Operasi Perdamaian Untuk Galilea” Pada 24 Juli 1982. July 24, 1982. Dominique Faget/AFP/Getty Images.
Gordon, Anna. “Israeli Tanks Mass on Lebanon Border as Fears of Ground Invasion Grow.” TIME. Time, September 30, 2024. https://time.com/7026649/israel-tanks-lebanon-border-hezbollah/. in. “Netanyahu Warns Iran ‘There Is Nowhere in the Middle East Israel Cannot Reach.’” YouTube, September 30, 2024. https://youtu.be/lC9fMaeKe_I?si=JjyvcLG9DrHefrVd.
Jazeera, Al. “Israel Kills Hezbollah Leader Hassan Nasrallah in Air Strike on Beirut.” Al Jazeera, September 28, 2024. https://www.aljazeera.com/news/2024/9/28/israels-military-says-it-has-killed-hezbollah-leader-hassan-nasrallah.
Lubell, Maayan, Maya Gebeily, and Timour Azhari. “Lebanon Says Israeli Airstrikes Kill at Least 492, Residents Flee from South.” Reuters, September 23, 2024. https://www.reuters.com/world/middle-east/israeli-military-says-it-is-striking-hezbollah-targets-lebanon-2024-09-23/.
Reily, James A. “Israel in Lebanon, 1975-1982.” MERIP, September 11, 1982. https://merip.org/1982/09/israel-in-lebanon-1975-1982/.
Wedeman, Ben. “Israel Wants to Change the Balance of Power in the Middle East. History Has a Warning.” CNN, September 29, 2024. https://www.cnn.com/2024/09/29/middleeast/israel-war-lebanon-history-consequences-wedeman-intl/index.html.
Welle, Deutsche. “A New Balance of Power in the Middle East: Is This What Netanyahu Wants.” Fakti.com, September 30, 2024. https://fakti.bg/en/world/916327-a-new-balance-of-power-in-the-middle-east-is-this-what-netanyahu-wants.
will. “Israel’s Killing of Hezbollah Leader Will Change Balance of Power in Region: Netanyahu.” YouTube, September 29, 2024. https://youtu.be/IyT-IKB4jdc?si=mbzWmvPgvQFKYEl6.

