Pentingnya Strategi Kebijakan Wholistik untuk Memperkuat Resiliensi Human Security Nasional dalam Konteks Indo-Pasifik

Bogor, 28 Oktober 2025. Ketua Parahyangan Center for International Studies menjadi salah satu narasumber dalam diskusi terbatas pembahasan laporan analisis kebijakan luar negeri yang diselenggarakan Pusat Strategi Kebijakan Asia Pasifik dan Afrika, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri pada 28 Oktober 2025. Diskusi terbatas tersebut dibuka oleh Kepala Pusat Strategi Kebijakan Asia Pasifik dan Afrika, Kemenlu dan dimoderatori oleh Diplomat Senior di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Turut memberikan masukan adalah Prof. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A.Ec, Kepala Pusat Studi Internasional Ekonomi dan Keuangan Terapan IPB University dan Zainal A. Budiyono, Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Centre.

Diskusi diawali dengan paparan laporan interim hasil analisis kebijakan dari tim penyusun di lingkungan Pusat Kajian Strategi Kebijakan Asia Pasifik dan Afrika. Laporan interim disusun selama kurang lebih satu tahun melalui kajian dokumen, focus group discussion dengan pakar-pakar di bidang terkait dan analisis data yang berhasil dikumpulkan oleh tim penyusun.

Para narasumber memberikan pandangan masing-masing terkait bagaimana memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi di Indonesia dengan memetik pembelajaran dari negara-negara di kawasan Indo Pasifik, seperti China, Jepang, Korea, Australia, India dan Selandia Baru. Tanggapan perwakilan dari direktorat teknis di lingkungan Kementerian Luar Negeri memperkaya dan mempertajam perumusan rekomendasi strategi kebijakan yang telah disiapkan oleh tim penyusun dalam bentuk lima policy brief.

Secara khusus, Yulius P Hermawan, selaku Ketua PACIS Unpar menekankan pentingnya rumusan rekomendasi strategi kebijakan yang praktikal dan actionable dengan berbasis pada data-data valid yang solid yang telah diolah dengan metode-metode analisis sistematis. Selain menekankan pada strategi nasional yang sangat penting untuk diadopsi dalam memperkuat resiliensi nasional, strategi kebijakan juga perlu menekankan strategi diplomasi regional dan global yang sesuai dengan ekspertise dan tanggung jawab yang dimiliki oleh tim penyusun policy brief. Dengan demikian, kontribusi Kementerian Luar Negeri sebagai ujung tombak kebijakan luar negeri menjadi terlihat nyata.

Ketua PACIS mendukung penguatan dan penajaman rekomendasi yang telah dirumuskan dalam policy brief yang telah disusun dengan mengacu pada praktik-praktik baik yang telah dikembangkan oleh Australia, Selandia Baru, India, ASEAN, China dan IORA. Indonesia dapat mengoptimalkan hubungan bilateralnya dengan Australia, Selandia Baru, India dan China dan kerja sama multilateral dalam kerangka ASEAN dan IORA.

Masing-masing negara dan organisasi regional tersebut menghadapi tantangan dalam membangun resiliensi ketahanan pangan dan ekonomi dan telah mengembangkan strategi-strategi yang unggul untuk mengatasi tantangan tersebut. Negara-negara dan organisasi regional tersebut juga mengembangkan kerangka kerja sama bilateral, regional dan global untuk semakin memantapkan resiliensi masing-masing.

Pemerintah Australia misalnya memiliki sejulah inisiatif regional dalam Menyediakan pendanaan mendukung climate-resilient agriculture, termasuk: The Pacific Food Security Initiative (2020–2025), Programs untuk mendukung fisheries management and market access, Projek riset dengan fokus pengembangan climate-adapted crops and soils. Australia juga mengembangkan Southeast Asia Economic Strategy dengan meningkatkan perdagangan dan investasi dalam teknologi.

Selandia Baru aktif dalam mempromosikan ekspor pangan yang berkelanjutan dan bernilai tinggi, selain aktif dalam berbagi pengetahuan terkait inovasi agritech untuk membantu negara-negara lain meningkatkan produktivitas dan resiliensi. Program-program yang sedang dikembangkan di antaranya adalah Sustainable agriculture; Agritech innovation, Biosecurity dan Kerja sama internasional untuk mewujudkan komitmen pada COP 28 terkait Declaration on Food and Agriculture.

Resiliensi India dalam ketahanan pangan diperkuat oleh (1) record foodgrain production, (2) significant storage infrastructure expansion, (3) strategic government initiatives. Upaya utama untuk memperkuat ketahanan pangan mencakup modernisasi the Public Distribution System(PDS) untuk mengurangi kebocoran, penguatan the National Food Security Mission yang mencakup nutrisi dan mempromosikan praktik-praktik climate-resilient untuk mendukung produksi beras yang didukung penguatan pendapatan petani, processing dan penguatan peran dalam global food security.

Optimalisasi kerja sama dengan negara-negara yang memiliki praktik baik dalam pemantapan resiliensi ketahanan pangan dan ekonomi menjadi salah satu strategi yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mewujudkan salah satu ASTA CITA yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029.