Peluang dan Tantangan Kerjasama Bilateral Indonesia-Slovakia: Kuliah Tamu Dubes RI untuk Slovakia, & Jaroslav Šušol dan Milan Regec, Comenius University

Indonesia terus berupaya untuk mengembangkan kerjasama dengan berbagai negara di dunia untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Republik Slovakia merupakan salah satu mitra diplomasi yang penting bagi Indonesia.

Pada tanggal 4 Oktober 2024, diselenggarakan kuliah tamu tentang Bilateral Cooperation between Indonesia & Slovak: Challenges and Opportunity di Ruang Audio Visual FISIP Unpar Bandung. Kuliah tamu tersebut menghadirkan Bapak Dr. Pribadi Sutiono, Dubes RI untuk Slovakia, Prof Jaroslav Šušol dan Dr. Milan Regec dari Comenius University, Bratislava, Slovakia. Kuliah Tamu tersebut dimoderatori oleh Bapak Dubes Rahmat Pramono, yang juga merupakan dosen luar biasa pada program studi Hubungan Internasional Unpar. Lebih dari seratus mahasiswa dari Unpar dan Universitas Jenderal Ahmad Yani menghadiri kuliah tersebut.

Pak Dubes Pribadi Sutiono menjelaskan perkembangan hubungan Indonesia dan Slovakia sejak Indonesia membangun hubungan diplomatik dengan Slovakia di tahun 1993. Indonesia telah menjalin hubungan ekonomi dengan negara yang memiliki luas wilayah sebesar Provinsi Jambi dan merupakan landlock country tersebut. Total perdagangan Indonesia dan Slovakia mencapai sebesar 25,2 juta dollar AS dengan nilai surplus bagi Slovakia senilai 600 ribu dollar AS.

Terdapat peluang kerja sama yang dapat dikembangkan oleh Indonesia. Slovakia memiliki pendekatan kebijakan luar negeri yang sama dengan Indonesia dengan mengedepankan dukungan multilateral pada berbagai forum internasional dan siap bekerja sama di berbagai sektor. Produk-produk Indonesia telah mulai memasuki pasar Slovakia. Slovakia juga kekurangan tenaga kerja terampil yang menjadi peluang bagi pekerja migran Indonesia.

Kedua negara sedang mengembangkan bauran renewable energy, dengan pembangunan teknologi nuklir, solar PV, hydropower, bioenergy dan geothermal. Investasi dari Slovakia juga meningkat dan ini menunjukkan ketertarikan investor Slovakia untuk masuk ke Indonesia.

Namun diakui juga terdapat sejumlah tantangan dalam meningkatkan kerja sama bilateral dengan Slovakia. Di antaranya adalah kecenderungan Slovakia untuk inward looking dan fokus pada kepentingan internal, disamping Slovakia terikat pada sistem Uni Eropa karena keanggotaannya di organisasi regional tersebut. Islam juga tidak diakui sebagai salah satu agama nasional.

Tantangan lain terkait bagaimana Slovakia memandang Indonesia. Sejauh ini, Indonesia hanya dilihat sebagai tujuan wisata, bukan mitra potensial untuk membangun hubungan bisnis. Sementara bagi investor Indonesia, Slovakia masih belum dipertimbangkan sebagai pasar yang menarik.

Pak Jaroslav Šušol dari Department of Information Studies, Comenius University menjelaskan sejarah Slovakia sebagai negara multietnik. Terbentuk di tahun 1993 dan menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 2004. Profesor Jaroslav selanjutnya memaparkan tentang Comenius University yang menduduki Ranking QS World University antara 661-670. Kampus tersebut terkoneksi dengan Prague Spring tahun 1968 yang menunjukan upaya membangun demokratisasi dalam konteks rejim komunis.

Dr. Milan Jegec memulai paparannya dengan menegaskan bahwa Slovakia merupakan negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Hubungan diplomatik Indonesia dan Slovakia sudah dekat sejak awal. Selanjutnya Dr, Milan Jegec menjelaskan hasil risetnya tentang penggunaan teknologi dalam penanganan berbagai isu, termasuk Pandemik Covid-19. Teknologi membantu menyebarkan informasi terkait penyebaran virus supaya masyarakat bisa mengantisipasi penularannya. Penelitian tersebut mengidentifikasi beragam misinformasi yang dapat memunculkan ketegangan sosial dan polarisasi. Media sosial dapat menjadi toxic yang dipenuhi dengan ujaran kebencian (hate speech) dan diskursus rasial.

Dr. Milan Jegec menegaskan pentingnya pendidikan information literacy, penguatan ikatan dan kepercayaan dalam masyarakat lokal, dan pengembangan kepercayaan organisasi-organisasi pemerintah. Aspek emosial informasi juga harus diperhatikan.

Kuliah tamu kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipimpin oleh Moderator. Sejumlah mahasiswa menyampaikan pertanyaan dan pandangannya terkait hubungan bilateral antara Indonesia dan Slovakia dan teknologi informasi dan media sosial.