Pada periodenya yang kedua, Donald Trump meluncurkan kebijakan fiskal utama dan terbesarnya melalui One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) yang menimbulkan banyak kontroversi. OBBBA merupakan perpanjangan dari kebijakan Trump di periode pertamanya, Tax Cuts and Jobs Act 2017 yang akan berakhir di akhir tahun 2025 ini. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi pajak perusahaan dan individu demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui OBBBA, pemotongan pajak tersebut akan dipermanenkan sembari meningkatkan pengeluaran untuk agenda keamanan nasional, terutama keamanan perbatasan dan penanganan isu-isu imigran.
Kebijakan ini kemudian menjadi kontroversial karena disinyalir alih-alih menstimulasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, justru berpotensi tinggi untuk memperbesar defisit ekonomi. Diperkikrakan RUU ini akan menyebabkan defisit anggaran sebesar USD 3,3 triliun dalam 10 tahun ke depan. Di sisi lain, upaya untuk menutupi pengeluaran pemerintah akibat kebijakan ini bersumber dari pemotongan besar-besaran anggaran dana di sektor strategis lain, terutama bantuan kesehatan dan nutrisi, seperti program Medicaid dan Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP).
Program-program tersebut, yang menjadi tumpuan masyarakat AS penyandang disabilitas dan pendapatan rendah untuk mendapat akses kesehatan dan makanan bergizi menjadi salah satu targetnya. Skema pemotongan pendanaan serta perubahan prosedur pengajuan bantuan diubah menjadi jauh lebih besar, rumit, dan ketat dalam RUU yang telah disetujui oleh Senat.
Adanya OBBBA ini kemudian dikhawatirkan akan mengancam hampir 12 juta warga AS kehilangan perlindungan kesehatan, akses untuk memperoleh makanan yang layak, juga mengancam operasional rumah sakit pedesaan di negara bagian yang mengandalkan bantuan pemerintah.
RUU ini juga menimbulkan perdebatan di kalangan pemerintah. Dalam rancangannya, terdapat kebijakan untuk meningkatkan batas potongan pajak yang harus dibayar ke pemerintah negara bagian dari USD 10.000 menjadi USD 40.000. Namun, perubahan terjadi setelah rancangan tersebut disetujui oleh Senat, di mana batas kenaikan tersebut hanya akan berlaku selama lima tahun ke depan, sedangkan versi yang disetujui oleh DPR tidak mencantumkan batas waktu peningkatan potongan pembayaran pajak yang kemudian menimbulkan perdebatan. Selain itu, masih banyak ketidaksepahaman lainnya yang menyebabkan sulitnya RUU ini untuk disahkan.
Perbedaan pendapat dalam internal pemerintah memicu ketidakpastian pengesahan RUU ini. Dalam prosesnya, OBBBA selalu disetujui dengan perolehan suara yang tipis; 215-214 pada versi DPR di tanggal 22 Mei silam, serta 51-50 pada versi Senat pada 1 Juli lalu. Saat ini, OBBBA akan dikembalikan ke DPR untuk dibahas kembali guna memperoleh persetujuan terakhir sebelum ditandatangani oleh presiden dan disahkan menjadi undang-undang.
Anggota Kongres Partai Republik memberikan Trump tenggat waktu hingga 4 Juli, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Amerika Serikat, untuk mengesahkan RUU ini. Namun, perbedaan pendapat dan kontroversi ini menimbulkan ancaman terlambatnya disahkannya RUU dari tenggat waktu yang ditetapkan.
Akankah OBBBA disetujui dan disahkan? Akankah Trump mampu memenuhi tenggat pengesahan tersebut? Akankah OBBBA membawa pertumbuhan ekonomi, atau justru membawa AS ke jurang defisit anggaran dan hutang berlebih?
Penulis: Genoveva Karrenia Putryanti
Sumber Gambar Cover: abcnews.go.com
Referensi:
Al Jazeera Staff. “Who Wins, Who Loses If Trump’s One Big Beautiful Bill Becomes Law?” Al Jazeera, July 2025. https://www.aljazeera.com/news/2025/7/1/who-wins-who-loses-if-trumps-one-big-beautiful-bill-passes.
Drenon, Brandon. “The Key Items of House Republican’s ‘Big Beautiful Bill.’” BBC, May 22, 2025. https://www.bbc.com/news/articles/c0eqpz23l9jo.
Hubbard, Kaia, and Caitlin Yilek. “Here’s What’s in Trump’s ‘Big, Beautiful Bill’ as Senate Nears a Final Vote.” Cbsnews.com. CBS News, June 28, 2025. https://www.cbsnews.com/news/whats-in-trump-big-beautiful-bill-senate-version/.
