Menelisik Dampak Gelombang Panas secara Global: Tantangan dan Pentingnya Strategi Adaptasi bagi Pemerintah

Tidak dapat dipungkiri, gelombang panas merupakan salah satu konsekuensi dari perubahan iklim dengan dampak yang paling nyata serta menyeluruh. Laporan keenam yang dirilis oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa aktivitas manusia memberikan pengaruh besar dalam perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrem sejak tahun 1950-an. Dalam hal ini, gelombang panas menjadi salah satu kontributor utama terhadap tingkat kematian serta peningkatan risiko pada ketahanan pangan.

Sebagai salah satu daerah dengan kerentanan terhadap gelombang panas, temperatur di Sahel, Afrika Barat, sempat mencapai 48 derajat celcius–1,4 derajat lebih panas dibandingkan tingkat normal. Di ibu kota Mali, Bamako, tercatat bahwa 102 orang telah meregang nyawa akibat gelombang panas yang terjadi sejak awal April. Peran pemerintahan negara-negara di wilayah tersebut pun menjadi sorotan di tengah bencana iklim ini. 

Ketidakmampuan pemerintah junta militer di Chad dan Mali dalam menyediakan kebutuhan dasar seperti air dan listrik telah memicu frustasi masyarakat di kedua negara tersebut. Sebagai konsekuensinya, situasi ini mengungkap buruknya tata kelola pemerintahan junta serta meningkatkan tekanan dari para tokoh oposisi untuk melakukan transisi terhadap tatanan pemerintah yang lebih demokratis. 

Serupa dengan Sahel, kekeringan ekstrem pun telah menyebabkan kegagalan panen di Afrika bagian selatan. Terdapat setidaknya 20 juta orang yang terancam kelaparan di wilayah tersebut. Kekurangan air di negara-negara seperti Malawi, Zambia, dan Zimbabwe pun telah meningkatkan risiko penyebaran wabah kolera.  

Tidak hanya itu, efek dari gelombang panas pun dapat diamati di belahan dunia lain. Di Asia Tenggara, beberapa pemerintahan telah mengeluarkan peringatan kesehatan mengenai suhu panas. Tercatat bahwa gelombang panas telah merenggut setidaknya 30 nyawa di Thailand. Di Filipina, fenomena ini pun telah menghambat aktivitas masyarakat, sehingga berujung pada penutupan beberapa sekolah.

 Sebagai daerah yang memproduksi 26 persen persediaan beras dunia, gelombang panas pun telah mendisrupsi hasil panen di negara-negara kawasan tersebut. Pada tahun ini, produksi beras di Indonesia telah mengalami penurunan sebanyak setidaknya satu juta ton, yang juga memengaruhi harga beras. Fenomena serupa pun terjadi pula di Malaysia yang memaksa para petani untuk menunda musim tanam sebagai akibat dari kurangnya sumber daya air. 

Dalam merespons fenomena ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah memperingatkan dampak dari gelombang panas terhadap persediaan air dan ketahanan pangan di Indonesia. Kepala BRIN, Yudhistira Nugraha, mengusulkan bahwa para petani dapat memitigasi fenomena tersebut melalui penanaman varian-varian beras dengan ketahanan temperatur yang lebih tinggi.

Dengan dampak gelombang panas yang semakin mengancam masyarakat di wilayah rentan, penerapan strategi adaptasi perubahan iklim menjadi tantangan bagi para pembuat kebijakan di seluruh dunia. Hal tersebut kemudian menyoroti pentingnya penyediaan berbagai kebutuhan dasar, fasilitas kesehatan, serta model kebijakan yang mendorong resiliensi pangan. 

Referensi: 

Antara News. “BRIN Warns of Rising Heat Impact on Indonesia’s Food Crop Production.” Antara News, 3 Mei, 2024. https://en.antaranews.com/news/312522/brin-warns-of-rising-heat-impact-on-indonesias-food-crop-production.

International Federation of Red Cross And Red Crescent Societies. “Deadly Heatwave in the Sahel and West Africa Would Have Been Impossible without Human-Caused Climate Change – Burkina Faso | ReliefWeb.” reliefweb.int, 18 April, 2024. https://reliefweb.int/report/burkina-faso/deadly-heatwave-sahel-and-west-africa-would-have-been-impossible-without-human-caused-climate-change.

McGrath, Matt. “Climate Change: Deadly African Heatwave ‘Impossible’ without Warming.” Www.bbc.com, 18 April, 2024. https://www.bbc.com/news/science-environment-68835575.

Ramadane, Mahamat, and Idrissa Sangare. “Heatwaves and Outages Test Support for Juntas in Chad and Mali.” Reuters, 5 Maret, 2024. https://www.reuters.com/world/africa/heatwaves-outages-test-support-juntas-chad-mali-2024-05-03/.

Ratcliffe, Rebecca. “‘Inside an Oven’: Sweltering Heat Ravages Crops and Takes Lives in South-East Asia.” The Observer, 4 Mei, 2024, sec. Environment. https://www.theguardian.com/environment/article/2024/may/04/inside-an-oven-how-life-in-south-east-asia-is-a-struggle-amid-sweltering-heat.

World Meteorological Organization . “Climate Change and Heatwaves.” World Meteorological Organization, 22 September, 2023. https://wmo.int/content/climate-change-and-heatwaves.

Yunus, Mohammad . “Southeast Asia’s Heatwaves Threaten Food Security. How Can Nations Adapt?” South China Morning Post, 27 April, 2024. https://www.scmp.com/opinion/asia-opinion/article/3260404/southeast-asias-heatwaves-threaten-food-security-how-can-nations-adapt.