KTT ASEAN ke-46 di Malaysia: Menjaga Relevansi ASEAN di Tengah Ketidakpastian Global

KTT ASEAN ke-46 di Malaysia tanggal 26 Mei 2025 menjadi momen penting bagi ASEAN untuk secara resmi meluncurkan Visi ASEAN 2045 dan rumusan Rencana Strategis untuk Mewujudkan Visi Komunitas ASEAN 2045 (ACV 2045) tersebut. Mandat tersebut telah dicanangkan dalam Deklarasi Pemimpin-pemimpin ASEAN tentang Pengembangan Rencana Strategis untuk Menerapkan Visi Komunitas ASEAN 2045 yang diadopsi di KTT ke-44 dan 45 di Vientiane, Laos pada 9 Oktober 2025.

Draft Visi Komunitas ASEAN sendiri telah ditegaskan dalam KTT ke-43 di Jakarta, Indonesia pada 3 September 2023. Rancangan Visi Komunitas ASEAN 2045 adalah: Resilient, Innovative, Dynamic and People-Centred ASEAN.

Sebagai ketua dan sekaligus tuan rumah KTT ASEAN, Malaysia telah menetapkan sejumlah agenda yang cukup padat. Pada tanggal 26 Mei 2025, pemimpin-pemimpin ASEAN dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari ASEAN Inter-Parliemanteray Assembly (AIPA), pertemuan dengan perwakilan ASEAN Youth dan pertemuan dengan perwakilan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC). Selanjutnay, pemimpin-pemimpin ASEAN akan melakukan retreat yang akan dilanjutkan dengan sidang pleno. Pada hari kedua KTT, pemimpin-pemimpin ASEAN akan bergabung dalam KTT ASEAN-GCC + China. Pertemuan tersebut dilanjutkan dengan KTT ASEAN-GCC ke-dua di mana pemimpin-pemimpin ASEAN akan bertemu secara khusus dengan pemimpin-pemimpin Gulf Cooperation Council (GCC).

Di bawah keketuaan ASEAN, prioritas utama difokuskan pada sektor energi dan konektivitas dan independensi regional dengan melibatkan major powers di kawasan secara konstruktif. Pembangunan infrastruktur, pengembangan energi terbarukan dan peningkatan daya saing ASEAN melalui penguatan kemitraan regional menjadi agenda prioritas ASEAN di bawah keketuaan ASEAN.

Prioritas keketuaan ASEAN 2025:

  1. Memperkuat sentralitas ASEAN dengan mempromosikan kepercayaan strategis di antara bangsa-bangsa melalui dialog berkelanjutan, diplomasi dan itikad baik
  2. Mendorong komitmen yang lebih besar untuk meningkatkan perdagangan dan investasi intra ASEAN
  3. Memastikan unsur inklusivitas dan sustainabilitas menjadi pusat perhatian dalam upaya membangun komunitas regional

KTT ASEAN-GCC + China sebagai Strategi Penguatan Kemitraan dengan Selatan?

Penyelenggaraan KTT ASEAN-GCC + China ini menjadi penting dan selaras dengan tema keketuaan Malaysia, yaitu: inklusivitas dan sustainabiltas.  Tema ini merefleksikan fokus perhatian Malaysia untuk mewujudkan ASEAN yang lebih inklusif dan berkelanjutan melalui keterlibatan seluruh anggota dan perhatian besar pada aspek lingkungan. Sebagai Ketua ASEAN, Malaysia berusaha memperkuat dan memperluas kemitraan ekonomi dengan semua pihak termasuk di luar kawasan ASEAN.

Pengamat ASEAN (Josah dan Lin, 2025) melihat bahwa KTT ASEAN-GCC + China memiliki nilai strategis di tengah kondisi ketidakpastian global khususnya sejak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan kebijakan pajak resiprokal untuk negara-negara mitra dagangnya. Negara-negara ASEAN merupakan mitra dagang AS yang terdampak besar dari kebijakan Trump tersebut.

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim melihat nilai strategis dari pertemuan trilateral tersebut. Selain mengangkat profil ASEAN di dunia internasional, KTT Trilateral tersebut dapat memperluas hubungan ekonomi ASEAN baik dengan negara-negara di Timur Tengah dan China. GCC beranggotakan Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Suadi dan Uni Emirat Arab. ASEAN memiliki peluang untuk memainkan peran kepemimpinan global dalam konteks pergeseran tatakelola global saat ini. Terbuka peluang untuk mengembangkan Kerjasama Selatan-Selatan yang lebih kuat di tengah-tengah penurunan pengaruh AS di Global South, sementara AS sedang memainkan kebijakan polarisasi di Timur Tengah.

KTT ASEAN-GCC ke-1 di Riyadh, 20 Oktober 2023.

Sumber: KBRI Riyadh, Youtube.

KTT ASEAN-GCC pertama kali diselenggarakan di tahun 2023 ketika Indonesia memegang kursi keketuaan ASEAN. Indonesia melihat pentingnya membangun jembatan antara kawasan Asia Tenggara dan Teluk. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengharapkan dengan kerjasama tersebut, perekonomian negara-negara di kedua kawasan bisa meningkat dan kontak antar masyarakat juga bisa meningkat. Pemimpin-pemimpin ASEAN dan GCC menyepakati untuk menyelenggarakan KTT setiap dua tahun sekali.

Urgensi Rencana Aksi Kongkrit untuk Penguatan Tiga Pilar Komunitas ASEAN

Salah satu agenda penting di KTT ke-46 adalah peluncuran Visi Komunitas ASEAN 2045. Visi ini akan mempertegas komitmen-komitmen pemimpin-pemimpin ASEAN untuk melanjutkan kerja sama dalam mewujudkan kawasan yang damai, stabil dan sejahtera sebagaimana telah ditegaskan dalam Deklarasi Bangkok tahun 1967.

Rumusan rencana strategis menjadi sangat penting untuk melihat kemampuan ASEAN untuk mewujudkan visi komunitas ASEAN 2045. Rumusan tersebut tetap akan mengacu pada ketiga pilar ASEAN yang telah dicanangkan sejak 2003.

Pada KTT ASEAN ke-44 dan 45 di Laos, ditegaskan bahwa perumusan visi dan rencana aksi perlu dilakukan dengan mengacu pada mekanisme review supaya relevan dan fleksibel dalam beradaptasi dan merespon perkembangan regional dan global, serta tantangan dan peluang yang ada.

Dalam Pilar Politik Keamanan, penguatan sentralitas ASEAN melalui dialog dan Kerja sama regional tampaknya akan tetap menjadi penekanan. Ini akan disertai dengan peningkatan kemampuan dalam menangani isu-isu keamanan di kawasan dan tingkat global. Dalam Pilar Ekonomi, intensifikasi integrasi ekonomi melalui peningkatan konektivitas dapat membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam Pilar Sosial Budaya, ASEAN perlu terus memperkuat identitas ASEAN dalam konteks keberagaman bangsa-bangsa di ASEAN untuk meningkatkan kualitas hidup.

Pertanyaan yang muncul adalah seberapa jauh review mechanism telah benar-benar dibuat dan hasilnya menjadi acuan bagi perumusan Rencana Aksi.

ASEAN telah mengembangkan Kerjasama yang intensif di bidang ekonomi terutama sejak pembentukan komunitas Ekonomi dicanangkan di tahun 2015. Namun demikian, perdagangan intra-ASEAN masih tertinggal jauh dari perdagangan negara-negara ASEAN dengan mitra-mitra dagang eksternal. Investasi di ASEAN juga masih mengandalkan investor dari negara-negara di luar ASEAN.

Dalam konteks tersebut, persaingan antar negara ASEAN tetap menonjol karena masing-masing anggota ASEAN berupaya meningkatkan hubungan dagangnya dengan mitra-mitra eksternal. Masing-masing negara ASEAN juga berupaya untuk menarik minat investor dari China, AS, Jepang, Korea dan negara-negara Uni Eropa untuk membangun usahanya di negara-negara masing-masing.

Sebagai Ketua ASEAN, Malaysia memberikan perhatian besar pada peningkatan perdagangan dan investasi intra-ASEAN. Namun seberapa jauh KTT ASEAN dapat melahirkan komitmen politik dan rencana aksi yang kongkrit untuk mengatasi isu ketertinggalan kerjasama antar negara-negara ASEAN tersebut masih harus ditunggu.

Tantangan lain muncul dari konteks geopolitik, di mana ketidakpastian menjadi ciri utama dari tata kelola keamanan global saat ini. Perang antara Rusia dan Ukraina belum berakhir, sementara perang Israel dan Hamas tampaknya akan terus berlanjut di tengah desakan gencatan senjata. Posisi negara-negara ASEAN tampaknya tidak sesolid yang dibayangkan oleh banyak orang. Ini Sebagian tercermin dengan cara negara-negara ASEAN memposisikan hubungannya dengan China dan Amerika Serikat, yang saat ini terlibat dalam persaingan yang sengit di bidang ekonomi maupun politik keamanan.

ASEAN sendiri memiliki pekerjaan rumah yang belum tuntas. Paket solusi ASEAN atas konflik di Myanmar belum terlihat berhasil untuk membuka sejarah baru di negara anggota ASEAN yang dikuasai oleh rejim militer tersebut. Ketegangan Laut China Selatan yang melibatkan sejumlah negara-negara ASEAN dan China tetap menghantui hubungan ASEAN dengan mitra dialognya tersebut.

Keadilan sosial dan lingkungan hidup di kalangan masyarakat ASEAN tetap belum sepenuhnya terwujud. Kesenjangan antara penduduk yang kaya dan miskin dan kesenjangan gender tetap mencolok di banyak negara-negara ASEAN. Tema inklusivitas dan keberlanjutan (sustainability) yang dipilih oleh Malaysia cukup relevan untuk merefleksikan kepentingan ini. Keketuaan Malaysia ingin mendorong upaya yang lebih besar untuk mempersempit kesenjangan antara pembangunan dan ketidaksetaraan, memperbaiki standar kehidupan, dan pada saat yang sama melakukan mitigasi dampak perubahan iklim.

Namun, pertanyaan yang sama juga muncul: seberapa jauh ASEAN dapat mengatasi kesenjangan di antara masyarakat ASEAN?

ASEAN memerlukan terobosan baru dalam mewujudkan masing-masing pilar komunitasnya. Penguatan institusi ASEAN perlu dilakukan, termasuk dengan membangun lembaga-lembaga yang memiliki otoritas khusus untuk fokus pada Pembangunan pilar ASEAN tersebut. Komisi-komisi khusus perlu dibentuk dan bertanggungjawab mewakili seluruh kepentingan masyarakat ASEAN, termasuk melaksanakan upaya kongkrit mempersempit jurang ketidak adilan di antara bangsa-bangsa ASEAN.

Setidaknya Sekretariat ASEAN tidak sekedar menjalankan fungsi adminstratif, tetapi lebih diperkuat untuk menjalankan kesepakatan-kesepakatan pemimpin-pemimpin ASEAN secara kolektif kelembagaan.

Kurangnya Pelibatan Masyarakat dalam Perumusan Visi People-Centered Community

Visi ASEAN 2025 menegaskan cita-cita terwujudnya people-centered ASEAN. Rumusan Visi ini tampaknya akan tetap ditampilkan lagi dalam Visi ASEAN 2045. Namun demikian, ASEAN tetap dikritik sebagai organisasi yang sangat state-centric dan kurang memberikan ruang yang luas bagi masyarakat.

Bahkan dalam perumusan Visi 2045 dan Rencana Aksi untuk mewujudkan visi 2045 tersebut, ASEAN tetap mempraktikkan kebiasaan lama dengan menempatkan perwakilan-perwakilan negara sebagai pelaku utama dalam perumusannya.

Pada KTT ke 44 dan 45 di Laos, pemimpin-pemimpin ASEAN secara khusus menugaskan High Level Task Force on ASEAN Community Vision (HLTF ACV), Ad-Hoc Working Group on Development of ASEAN Social Cultural Community (ASCC) Post-2025 Strategic Plan dan ASEAN Coordinating Connectivity Community (ACCC) untuk bekerja-sama dalam merumuskan visi 2045 dan rencana aksi untuk mewujudkan visi 2045 tersebut. Penugasan ini untuk memastikan bahwa rumusan visi dan rencana aksi dapat diselesaikan sesuai waktu dan diluncurkan pada KTT ASEAN di tahun 2025.

Seberapa jauh masing-masing task force melibatkan masyarakat secara lebih luas dalam perumusan visi dan rencana aksi masih menjadi pertanyaan publik.

Praktik ‘eksklusif’ atau ‘pelibatan secara terbatas’ seperti inilah yang membuat ASEAN tetap menjaga jarak dengan masyarakat akar rumput yang menjadi pemangku kepentingan utama dari ASEAN sebagai people-centered community. ASEAN akan tetap menjadi komunitas elitis dan “eksklusif bagi wakil-wakil pemerintah” untuk terlibat dalam proses pembentukan komunitas yang sesungguhnya.

Sehingga bisa dipahami jika muncul pertanyaan apakah Visi 2025 yang dicanangkan pada tahun 2015 telah benar-benar terwujud di tahun 2025 ini. Pertanyaan yang sama mungkin akan muncul lagi di tahun 2045: Apakah ASEAN benar-benar komunitas yang berpusat pada masyarakat?

Penulis: Yulius P Hermawan

Sumber

Referensi

About ASEAN 2025. https://myasean2025.my/about/

ASEAN Leaders’ Declaration on the Development of Strategic Plans to Implement the ASEAN Community Vision 2045. Diadopsi pada KTT ASEAN ke-44 dan 45 di Vientien, Laos, 9 Oktober 2024.

2023 ASEAN Leaders’ Declaration on ASEAN as An Epicentrum of Growth. Diadopsi pada KTT ASEAN ke-43 di Jakarta, Indonesia, 5 September 2023.

ASEAN Secretariat. “Secretary-General of ASEAN to participate in the 46th ASEAN Summit, 2nd ASEAN- GCC Summit and ASEAN-GCC-China Summit, in Kuala Lumpur, Malaysia”, https://asean.org/secretary-general-of-asean-to-participate-in-the-46th-asean-summit-2nd-asean-gcc-summit-and-asean-gcc-china-summit-in-kuala-lumpur-malaysia

Sufiah Jusah dan Joanne Lin (2025) “The Inaugural ASEAN-GCC-China Summit: Economic Aspirations Amid Strategic Ambiguity.” China Global South Project. https://chinaglobalsouth.com/analysis/asean-gcc-china-economic-summit-2025/