Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-47 mencatatkan sejumlah tonggak capaian penting dalam perkembangan ASEAN sebagai organisasi regional. Penandatanganan Deklarasi Masuknya Timor Leste sebagai anggota ASEAN menjadi capaian penting dari serangkaian upaya yang telah berproses sejak tahun 2011.
Capaian penting lain adalah bergabungnya Finlandia sebagai mitra dialog ASEAN. Ini ditandai dengan penandatanganan instrumen Aksesi Traktat Persahabatan dan Kerjasama Asia Tenggara (TAC) oleh Finlandia. Sejauh ini ASEAN memiliki 10 mitra dialog resmi yang menjadi pendukung kerjasama kawasan ASEAN, yaitu Australia, Kanada, China, Uni Eropa, India, Jepang, Selandia Baru, Republik Korea (ROK), Rusia dan Amerika Serikat.
Selain kedua tonggak penting tersebut, sejumlah capaian penting lain adalah penandatanganan Protokol Kedua untuk mengamandemen perdagangan barang ASEAN (ATIGA), KTT Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ke-5 ASEAN dan seremoni presentasi ASEAN Prize.
Padatnya Pertemuan Tingkat Pemimpin ASEAN Plus
Ciri khas terpenting dari pencapaian ASEAN adalah prinsip inklusivitas dari kerja sama antar bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara. Gambaran kelembagaan ASEAN jauh dari kesan eksklusif yang hanya sekedar menekankan hubungan intensif di antara sepuluh pemimpin ASEAN. Yang justru menonjol adalah keterbukaan dan antusiasisme ASEAN untuk menjalin kerja sama yang produktif dengan mitra-mitra dialog ASEAN, yang secara geografis tidak terletak di kawasan Asia Tenggara.
“Ciri khas terpenting dari pencapaian ASEAN adalah prinsip inklusivitas dari kerja sama antar bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara. …. Yang justru menonjol adalah keterbukaan dan sekaligus antusiasisme ASEAN untuk menjalin kerja sama yang produktif dengan mitra-mitra dialog ASEAN….”
Keketuaan Malaysia pada tahun 2025 sekali lagi menunjukkan karakter terbuka ASEAN tersebut. Bahkan kemampuan Malaysia sebagai ketua ASEAN untuk menghadirkan pemimpin-pemimpin global seolah menjadi indikator kinerja keberhasilan salah satu dari lima negara pendiri ASEAN tersebut.
Serangkaian pertemuan tingkat pemimpin memenuhi agenda ASEAN di Kuala lumpur mulai tanggal 26 Oktober hingga 28 Oktober 2025. KTT ASEAN diselenggarakan di 26 Oktober 2025 terdiri dari rangkaian pertemuan pleno dan retreat pemimpin ASEAN. Selain pemimpin-pemimpin ASEAN, termasuk Presiden dan Perdana Menteri Timor Leste sebagai anggota baru ASEAN, sesi pleno akan dihadiri Perdana Menteri Kanada, Presiden Dewan Eropa dan Managing Director International Monetary Fund (IMF).
Selanjutnya pada 27 Oktober 2025, pemimpin-pemimpin ASEAN akan menghadiri KTT ASEAN Plus Satu yang masing-masing dihadiri oleh mitra-mitra dialog ASEAN. Tujuh KTT ASEAN Plus Satu diselenggarakan ASEAN dan masing-masing dialog partner, yaitu Australia, China, India, Jepang, Republik Korea, Rusia, dan Amerika Serikat.
ASEAN juga akan menyelenggarakan ASEAN Plus Three Summit, East Asia Summit, KTT ASEAN-PBB dan ASEAN-New Zealand Commemorative Summit.
KTT ASEAN Plus Three menjadi forum pemimpin-pemimpin ASEAN bertemu dengan pemimpin-pemimpin China, Jepang, dan Republik Korea. KTT ini dimaksudkan untuk meninjau kembali kemajuan yang telah dicapai dalam kerangka kerjasama APT dan arah kerjasama di masa yang akan datang. Fokus kerjasama dalam kerangka APT ini mencakup ekonomi digital, kerjasama maritim, energi, konektivitas, kesehatan dan pendidikan.
KTT Asia Timur melibatkan 19 peserta dari negara-negara anggota ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Republik Korea, Rusia dan Amerika Serikat. KTT ini menandai 20 tahun kerja sama negara-negara Asia Timur yang telah dimotori ASEAN. Isu-isu strategik, politik dan ekonomi dibahas dalam KTT tersebut dalam upaya mewujudkan perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan regional di Asia Timur. Dalam KTT Asia Timur, Malaysia juga mengundang Presiden Brasil dalam kapasitasnya sebagai ketua BRICS dan Presiden Afrika Selatan dalam kapasitasnya sebagai pemegang Presidensi G20.
KTT ASEAN dan Selandia Baru menandai 50 tahun hubungan dialog ASEAN dan Selandia Baru. KTT ASEAN dan Selandia Baru secara khusus juga akan mengumumkan pembentukan the ASEAN-New Zealand Comprehensive Strategic Partnership (CSP).
Di tengah-tengah rangkaian pertemuan tersebut, Malaysia juga menjadi tuan rumah KTT Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ke-5 dan pertemuan pemimpin Asia Zero Emission Community (AZEC) ketiga.
PR Besar ASEAN: Intensifikasi Kerja Sama Intra-Regional & Perwujudan People-Centered Community
Karakter keterbukaan ASEAN untuk menjalin kemitraan dengan negara-negara di luar ASEAN membawa sedikitnya dua implikasi strategis.
Pertama, kerja sama intra-regional dalam banyak bidang dan sektor pembangunan berjalan lebih lambat daripada kerja sama ekstra regional dengan mitra-mitra di luar ASEAN. Perdagangan di antara negara-negara ASEAN saat ini hanya mencapai kisaran angka 24-26 persen, sementara perdagangan dengan mitra-mitra dagang eksternal mencapai angka sekitar 74-76 persen. Di sebagian besar negara-negara ASEAN, mitra dagang terbesar mereka justru negara-negara di luar ASEAN. Ini mencerminkan laju kerja sama dagangan yang sangat khas ASEAN yang sifatnya inklusif. Pasar ASEAN merupakan pasar yang sangat terbuka bagi pemain-pemain pasar di luar ASEAN.
“… Kerja sama intra regional dalam banyak bidang dan sektor pembangunan berjalan lebih lambat daripada laju kerja sama ekstra regional dengan mitra-mitra di luar ASEAN…”
Kedua, ASEAN tetap merupakan organisasi yang sangat state-centric dan elitis dalam usianya yang hampir mencapai enam dekade sejak dibentuk di 1967. ASEAN tetap merupakan perhimpunan wakil-wakil pemerintahan yang sangat sibuk dengan berbagai pertemuan inter-governmental dan mengadopsi kesepakatan-kesepakatan formal yang menjadi pranata hubungan antar pemerintahan negara-negara ASEAN.
Terdapat ruang bagi aktor-aktor non-pemerintah seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, pelaku bisnis profesional dan Akademisi untuk menyelenggarakan beragam pertemuan informal. Namun, hakikatnya kesepakatan-kesepakatan yang dibuat seolah tumpul dan bersifat ad-hoc jika disejajarkan dengan pertemuan-pertemuan intergovernmental, dan tidak berdampak signifikan secara berkelanjutan.
Secara kelembagaan ASEAN masih menempatkan negara sebagai penanggung-jawab utama perwujudan deklarasi-deklarasi ASEAN. ASEAN tampaknya masih tidak berkeinginan membangun suatu komisi supranasional yang memiliki kewenangan khusus mengimplementasikan kesepakatan inter-governmental. Dalam konteks ini, keberhasilan ASEAN memajukan kerja sama di berbagai bidang dan sektor sangat ditentukan oleh kemampuan negara-negara ASEAN dalam menindaklanjuti kesepakatan-kesepakatan ASEAN di tingkat KTT. Akibatnya, gap kemajuan antar negara ASEAN seperti dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas kesehatan masih cukup lebar.
“Dalam konteks ini, keberhasilan ASEAN memajukan kerja sama di berbagai bidang dan sektor sangat ditentukan oleh kemampuan negara-negara ASEAN secara individual dalam menindaklanjuti kesepakatan-kesepakatan ASEAN di tingkat KTT…”
ASEAN memiliki banyak pekerjaan rumah yang menjadi agenda mendesak untuk mewujudkan visi ASEAN sebagai people-centered community, suatu komunitas yang betul-betul menempatkan rakyat sebagai pemain utama dalam kerja sama kawasan. Visi people-centered community telah digaungkan berkali-kali dalam KTT-KTT ASEAN sebelumnya. Keinginan besar tersebut awalnya ditargetkan tercapai pada tahun 2015; di tahun tersebut targetnya digaungkan lagi untuk diwujudkan di tahun 2025. Dalam KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, visi tersebut diulang lagi dengan target di tahun 2045. Keseriusan ASEAN untuk membuat langkah kongkrit dalam mewujudkan visi ini menjadi diragukan.
Di setiap KTT, ASEAN sangat kreatif dan produktif dalam merumuskan visi-visi besar. Namun justru, yang mengkhawatirkan adalah bagaimana ASEAN sendiri dapat betul-betul mewujudkan vis-visi besar tersebut. Jangan heran, dalam jangka-jangka sepuluh atau dua puluh tahun, pemimpin-pemimpin ASEAN kemudian mengulang kembali visi-visi lama yang telah dideklarasikan sebelumnya, namun dengan rumusan-rumusan formal baru.
Penulis: YP Hermawan
Sumber:

