KTT APEC 2025: Paradigma Baru Perdagangan Global dan Dorongan Kolaborasi Teknologi Asia-Pasifik

Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) 2025 di Gyeongju, Korea Selatan, dengan tema “Building a Sustainable Tomorrow”,menandai fase penting bagi tatanan ekonomi Asia-Pasifik di tengah rivalitas geopolitik dan percepatan transformasi teknologi global. Selain itu, forum ini menekankan tiga prioritas utama: Connect, Innovate, Prosper. 

Dalam deklarasinya, para pemimpin APEC mengakui bahwa kawasan Asia-Pasifik kini berada di titik persimpangan strategis. Sistem perdagangan global yang semakin terfragmentasi, percepatan adopsi teknologi transformatif seperti kecerdasan buatan (AI), serta perubahan demografis yang memengaruhi pasar tenaga kerja menjadi tantangan jangka panjang yang perlu direspons secara kolektif. Oleh karena itu, APEC menegaskan kembali perannya sebagai premier forum kerja sama ekonomi kawasan sekaligus incubator of ideas dalam merancang kebijakan yang inklusif, berkelanjutan, dan berorientasi pada masa depan.

Tiga Prioritas Utama APEC 2025 

Konektivitas dan Integrasi Ekonomi Asia-Pasifik

Melalui agenda Connect, para pemimpin ekonomi APEC menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat integrasi ekonomi kawasan secara berbasis pasar. Salah satu prioritas utama ialah akselerasi Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP) sebagai instrumen strategis untuk menurunkan hambatan perdagangan dan meningkatkan ketahanan rantai pasok global. FTAAP dinilai mampu memperkuat inklusi pelaku ekonomi kecil dan menengah (MSME) dalam arus perdagangan lintas batas, sekaligus memperluas akses terhadap ekonomi digital dan perdagangan berbasis AI.

APEC juga menekankan pentingnya kerja sama dalam Supply Chain Connectivity Framework Action Plan (SCFAP III, 2022–2026) yang mendorong kolaborasi lintas sektor dan keterlibatan swasta dalam membangun rantai pasok yang tangguh dan adaptif. Langkah ini dinilai krusial untuk meminimalkan dampak disrupsi global, terutama akibat konflik geopolitik, pandemi, dan perubahan iklim.

Inovasi dan Transformasi Digital Berbasis AI

Di bawah agenda Innovate, para pemimpin APEC sepakat bahwa kemajuan sains, teknologi, dan inovasi adalah kunci untuk menciptakan pertumbuhan baru. Kolaborasi penelitian, pertukaran talenta ilmiah, serta kemitraan antara lembaga, bisnis, dan startups menjadi landasan untuk memperkuat kapasitas inovatif kawasan.

Transformasi digital dinilai mampu meningkatkan produktivitas, konektivitas, dan partisipasi masyarakat serta pelaku usaha di seluruh Asia-Pasifik. Dalam konteks ini, APEC menegaskan komitmen terhadap APEC Internet and Digital Economy Roadmap (AIDER) dan menyambut baik peluncuran APEC AI Initiative sebagai langkah kolektif dalam membangun ekosistem kecerdasan buatan yang aman, inklusif, dan berpusat pada manusia. AI dianggap memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap ekonomi dunia melalui peningkatan efisiensi, inovasi, dan daya saing lintas sektor.

Namun, para pemimpin juga menyoroti pentingnya menjaga kepercayaan publik dalam ekosistem digital. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang menyeimbangkan antara manfaat AI dan etika penggunaannya, termasuk upaya memperkuat literasi digital, melindungi privasi data, serta memastikan transformasi digital membawa kesejahteraan bagi semua kalangan, terutama masyarakat rentan dan pelaku UMKM.

Kemakmuran Inklusif dan Ketahanan Sosial-Ekonomi

Melalui pilar Prosper, APEC menegaskan kembali komitmen untuk memastikan manfaat pertumbuhan ekonomi dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Forum ini menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan UMKM dan startups melalui penghapusan hambatan regulasi, penguatan rantai pasok, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja.

Selain itu, perubahan demografis, seperti menurunnya angka kelahiran, populasi menua, dan urbanisasi cepat dinilai memerlukan kebijakan lintas generasi yang adaptif. APEC pun mengesahkan Collaborative Framework for Demographic Changes sebagai panduan baru dalam menciptakan peluang pertumbuhan yang inklusif bagi generasi muda dan kelompok rentan. Forum ini juga memperkuat kerja sama di bidang ketahanan energi, pangan, dan kesehatan. Penguatan infrastruktur energi, diversifikasi sumber daya, serta pemanfaatan teknologi digital dan AI dalam sektor kesehatan menjadi fokus utama menuju kawasan yang tangguh dan berketahanan tinggi (resilient Asia-Pacific).

Meski tampak diplomatis, deklarasi kali ini mencatat perubahan signifikan, di mana untuk pertama kalinya sejak 2021, istilah “Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)” dan komitmen terhadap sistem perdagangan multilateral dihapus dari dokumen akhir. Langkah ini dinilai mencerminkan realitas baru tatanan perdagangan global yang semakin terfragmentasi akibat kebijakan ekonomi yang saling bersaing antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Profesor Heo Yoon dari Sogang University menilai bahwa hilangnya rujukan pada WTO mencerminkan “pengakuan diam-diam” bahwa sulit untuk mengembalikan tatanan perdagangan bebas berbasis multilateralisme. “Kita tidak dapat menafikan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma dalam tatanan perdagangan global,” ujarnya.

Amerika Serikat, Tiongkok, dan Pergeseran Kepemimpinan Ekonomi Dunia

KTT APEC 2025 digelar di bawah bayang-bayang kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang kembali mengusung semangat America First. Sebelum forum dimulai, Trump sempat menandatangani kesepakatan bilateral dengan Tiongkok dan Korea Selatan, namun meninggalkan Seoul sebelum sesi pleno, sehingga delegasi Washington diwakili oleh Menteri Keuangan Scott Bessent. Absennya Trump dari forum utama memperlihatkan menurunnya komitmen Amerika Serikat terhadap kepemimpinan ekonomi kawasan.

Kekosongan simbolik ini dimanfaatkan Tiongkok untuk menegaskan posisinya sebagai pendukung utama perdagangan bebas dan keterbukaan ekonomi. Presiden Xi Jinping, dalam pidatonya di sesi penutupan, menyatakan kesiapan negaranya menjadi tuan rumah KTT APEC 2026 di Shenzhen, kota yang disebutnya sebagai “keajaiban transformasi ekonomi dunia” dan simbol keterbukaan Tiongkok terhadap kerja sama global.

Xi juga mengusulkan pembentukan World Artificial Intelligence Cooperation Organization, sebuah inisiatif untuk memperkuat kolaborasi global di bidang kecerdasan buatan (AI). Meskipun tidak mencantumkan regulasi AI secara eksplisit, gagasan ini memperkuat citra Tiongkok sebagai kekuatan yang aktif menawarkan arah baru bagi tata ekonomi dunia.

Analis hubungan internasional Li Xing dari Guangdong Institute menilai, “Tiongkok tengah memanfaatkan absennya Trump di forum ini untuk menenangkan negara-negara yang khawatir akan penurunan komitmen Amerika Serikat terhadap kawasan.” Namun, sebagian besar anggota APEC tetap berhati-hati untuk tidak memberikan kesan bahwa Tiongkok sedang mengambil alih peran dominan AS.

Diplomasi Korea Selatan: Menyeimbangkan Beijing dan Washington

Sebagai tuan rumah, Presiden Lee Jae-myung memainkan peran diplomatik krusial untuk menyeimbangkan hubungan dengan kedua kekuatan besar tersebut. Lee yang baru menjabat pada Juni 2025 menghadapi dilema ganda: menjaga ekonomi ekspor Korea Selatan agar tidak terjebak dalam perang dagang AS–Tiongkok, sekaligus meredakan ketegangan dengan Korea Utara.

Lee menerima kunjungan kenegaraan baik dari Trump maupun Xi pada minggu yang sama, menandakan strategi diplomasi seimbang Seoul. Dalam konferensi persnya, Lee menyebut hubungan Korea Selatan dan Tiongkok “belum sepenuhnya normal” dan berharap untuk menemukan “jalan baru kerja sama yang saling menguntungkan.”

Menuju Shenzhen 2026: Arah Baru APEC di Era Rivalitas dan Teknologi 

Dalam upacara penyerahan tuan rumah APEC dari Korea Selatan ke Tiongkok pada 1 November 2025, Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa APEC merupakan mekanisme terpenting dalam kerja sama ekonomi kawasan Asia-Pasifik yang telah berkontribusi besar terhadap pertumbuhan dan kemakmuran regional. Tiongkok, yang akan menjadi tuan rumah APEC untuk ketiga kalinya pada tahun 2026 di Shenzhen, berkomitmen menjadikan momentum ini sebagai kesempatan untuk memajukan visi Asia-Pacific Community. 

Presiden Xi menekankan bahwa Shenzhen, yang dahulu hanyalah desa nelayan dan kini menjelma menjadi kota metropolis global, merupakan simbol transformasi dan keterbukaan ekonomi Tiongkok. Dengan semangat tersebut, APEC China Year 2026 diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat agenda kerja sama praktis dalam bidang FTAAP, konektivitas, ekonomi digital, dan kecerdasan buatan.

Para pemimpin ekonomi APEC menyambut antusias kepemimpinan Tiongkok tahun depan dan menaruh harapan bahwa APEC Shenzhen 2026 akan menjadi tonggak penting dalam memperkuat integrasi ekonomi regional serta menegaskan peran Asia-Pasifik sebagai pusat inovasi dan pertumbuhan global.

Penulis : Nazwa

Referensi :

2025 APEC Leaders’ Gyeongju Declaration ( https://www.apec.org/meeting-papers/leaders-declarations/2025/2025-apec-leaders–gyeongju-declaration)

Asia-Pacific leaders call for shared trade benefits as APEC summit wraps up (https://www.reuters.com/world/china/south-korea-woo-chinas-xi-with-state-visit-apec-wraps-up-2025-11-01/

WTO “Hilang” dari Deklarasi Gyeongju KTT APEC 2025, Pertanda Apa? (https://www.cnbcindonesia.com/news/20251101155211-4-681343/wto-hilang-dari-deklarasi-gyeongju-ktt-apec-2025-pertanda-apa