AUKUS di Persimpangan: Bayang-Bayang Ketidakpastian Tinjauan Ulang AS

Pertemuan antara Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, pada 26 September lalu di London kembali memicu perdebatan mengenai masa depan perjanjian keamanan AUKUS. Diskusi keduanya menegaskan komitmen kuat terhadap kerja sama pertahanan tersebut. Di sisi lain, keduanya menghindari memberikan komentar mengenai posisi Amerika Serikat, terutama di tengah perubahan politik dan sikap pemerintahan Trump saat ini.

Bayang-Bayang Ketidakpastian

Perubahan pemerintahan di AS menjadi titik awal munculnya ketidakpastian terhadap keberlanjutan AUKUS. Pentagon tengah melakukan tinjauan ulang terhadap kesesuaian perjanjian ini dengan agenda nasional AS. Tindakan tinjauan ulang ini telah berlangsung sejak bulan Juni lalu dan dipimpin oleh Elbridge Colby, Wakil Menteri Pertahanan Bidang Kebijakan yang dikenal skeptis terhadap AUKUS.

Perjanjian kerja sama yang melibatkan jual-beli kapal selam bertenaga nuklir dari AS ke Australia memicu perdebatan akan kondisi domestik AS. Colby menilai kapal selam nuklir merupakan sumber daya strategis yang “langka dan kritis” bagi AS, sementara kapasitas industri domestik AS saat ini masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Selain itu, muncul kekhawatiran bahwa AUKUS tidak sejalan dengan prinsip “America First” yang menjadi landasan kebijakan Trump. 

Australia Tetap Percaya Diri

“I have always been confident about AUKUS going ahead,” ungkap Albanese setelah pertemuannya dengan Starmer, menunjukkan keyakinan dan kepercayaan tinggi Australia terhadap AUKUS di tengah-tengah ketidakpastian saat ini. Ia menegaskan bahwa pihak AS selalu memberikan respon positif, meyakinkannya bahwa rencana kerja sama AUKUS akan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Pernyataan serupa datang dari Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles. Dalam wawancara dengan ABC Radio pada 30 September, Marles menegaskan bahwa “AUKUS is happening, that’s not in question.” Ia juga menambahkan, “We’ve been engaging very well in the review,” menandakan bahwa proses tinjauan ulang bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan.

Spekulasi dan Kekhawatiran yang Bermunculan

Meski sikap Australia terlihat optimistis, berbagai spekulasi tak terhindarkan. Sebagian pihak menilai tinjauan ulang merupakan langkah wajar pemerintahan baru untuk mengevaluasi dan menyesuaikan kebijakan keamanan dengan prioritas nasional. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, yang menekankan pentingnya kerja sama dengan sekutu untuk menjaga keamanan regional. Selain itu, fakta bahwa dari ketiga negara AUKUS, hanya AS yang belum pernah melakukan tinjauan ulang sebelumnya memperkuat spekulasi ini.

Namun, di sisi lain, pengamat melihat proses ini sebagai keresahan bagi Australia. Tinjauan ulang dianggap mencerminkan potensi pergeseran kepentingan AS, termasuk menuntut Australia meningkatkan belanja pertahanannya atau terlibat lebih langsung jika konflik China-Taiwan pecah. Ada kekhawatiran bahwa AUKUS lebih banyak menguntungkan AS, baik dalam investasi militer maupun posisi strategisnya, tanpa memberikan jaminan perlindungan yang setara bagi Australia.

Selain itu, tidak ada kepastian bahwa AS akan membela Australia dalam skenario konflik langsung, misalnya terhadap China. Begitu pula, respons China terhadap langkah-langkah skenario milik AUKUS akan sulit diprediksi, yang justru dapat meningkatkan risiko keamanan bagi Australia sendiri, mengingat salah satu tujuan utama didirikannya AUKUS adalah menjaga keamanan regional, terutama dari kekuatan China yang terus berkembang. Pengamat sekali lagi mengatakan bahwa hal ini menggambarkan bahwa AS akan dan harus melakukan segala cara untuk membendung kekuatan China.

Menanti Kepastian Rampungnya Tinjauan Ulang

Hingga kini, AS belum mengeluarkan pernyataan resmi. Pentagon menyebut proses tinjauan masih berlangsung dan dijadwalkan rampung pada musim gugur tahun ini, tepat sebelum kunjungan resmi Albanese ke Gedung Putih pada 20 Oktober mendatang. Hasil tinjauan ini akan sangat menentukan arah masa depan AUKUS: apakah perjanjian ini akan tetap menjadi simbol kemitraan strategis tiga negara, atau mulai retak akibat pergeseran prioritas oleh AS.

Penulis: Genoveva Karrenia Putryanti

Sumber Gambar: Tribune

Referensi:

Denmark, Abraham M, and Charles Edel. “The AUKUS Inflection: Seizing the Opportunity to Deliver Deterrence.” Csis.org, 2025. https://www.csis.org/analysis/aukus-inflection-seizing-opportunity-deliver-deterrence.

Gardner, Jessica. “AUKUS Defence Pact: Defence Minister Richard Marles Confident That Trump Administration Will Proceed with Australia Nuclear Submarine Deal.” Australian Financial Review, September 30, 2025. https://www.afr.com/policy/foreign-affairs/pentagon-to-approve-aukus-deal-in-time-for-albanese-visit-report-20250930-p5mywc.

Pal, Alasdair. “US to Complete Review into AUKUS Defence Pact in Autumn.” Reuters, July 30, 2025. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/us-complete-review-into-aukus-defence-pact-autumn-2025-07-30/.Reuters Staff. “Australia’s Albanese Confident on AUKUS Pact after Meeting UK’s Starmer.” Reuters, September 27, 2025. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/australias-albanese-confident-aukus-pact-after-meeting-uks-starmer-2025-09-27/.