50 Tahun Hubungan Bilateral, Indonesia–Peru Tetapkan Agenda Kerja Sama Strategis

Indonesia dan Peru memperingati 50 tahun hubungan persahabatan dan kerja sama, sebuah capaian yang menjadi tonggak penting dalam sejarah hubungan bilateral kedua negara. Pencapaian ini diperkuat dengan fakta bahwa keduanya telah keluar dari kategori Least Developed Countries (LDCs) menurut klasifikasi Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), mencerminkan kemajuan ekonomi yang signifikan. Namun demikian, realitas di lapangan menunjukkan masih adanya tantangan serta peluang yang membutuhkan perhatian bersama dan dukungan kolaborasi internasional. Letak strategis tersebut memberikan peluang besar dalam meningkatkan kerja sama perdagangan dan kemitraan strategis dengan Indonesia di era baru dari hubungan bersejarah ini. 

Peru: Mitra Perdagangan yang Terus Berkembang

Sejak awal 2000-an, Peru menerapkan kebijakan liberalisasi perdagangan dan mengadopsi konsep open regionalism sebagai pilar integrasi ekonominya di pasar internasional. Pencapaian awal terlihat dari perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Amerika Serikat (2004–2006, berlaku 2009), diikuti perjanjian dengan Tiongkok (2010), Korea Selatan (2011), Jepang (2012), Singapura (2009), Thailand (2011), dan Uni Eropa (2013).

Saat ini, Peru memiliki 22 perjanjian dagang aktif yang mencakup kawasan Amerika, Eropa, dan Asia, termasuk keanggotaannya dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) bersama Malaysia, Vietnam, Brunei, dan Australia. Di saat yang sama, Peru tengah merundingkan perjanjian baru dengan Hong Kong, India, serta European Free Trade Association (EFTA). Tonggak penting yang baru terlaksana adalah penandatanganan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Indonesia pada 11 Agustus 2025 di Jakarta, yang bertujuan menurunkan tarif, menghapus hambatan non-tarif, serta membuka peluang baru dalam perdagangan dan investasi.

Strategi tersebut berkontribusi pada laju pertumbuhan perdagangan luar negeri Peru yang kian melesat. Nilai ekspor yang pada awal 2000-an hanya mencapai sekitar USD 7 miliar, melonjak menjadi hampir USD 64 miliar pada 2023, dengan pertambangan sebagai sektor utama, diikuti pertumbuhan agroindustri dan produk perikanan. Sementara itu, nilai impor meningkat dari USD 8 miliar pada 2000 menjadi lebih dari USD 57 miliar pada 2023, menunjukkan integrasi yang lebih dalam dengan rantai pasok global.

Selain pertambangan, Peru memiliki sektor non-tradisional yang kompetitif. Agroindustri mencatat ekspor USD 10,4 miliar pada 2023, meliputi komoditas unggulan seperti anggur, blueberry, alpukat, mangga, dan kopi. Produk perikanan untuk konsumsi langsung mencapai USD 2,1 miliar, sementara industri manufaktur ringan seperti tekstil kapas dan alpaka, kimia, serta logam kian memperoleh tempat di pasar internasional. 

Indonesia dan Peru: Pintu Gerbang Strategis Menuju Amerika Latin

Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia meningkatkan ekspor ke Amerika Latin, terutama barang modal (kendaraan, mesin), barang antara (biodiesel, karet, kertas), dan sebagian produk primer. Pada 2023, total perdagangan Indonesia dengan kawasan ini mencapai sekitar USD 13 miliar, naik 8,9% dibanding 2018. Perdagangan bilateral dengan Peru mencapai USD 444 juta, dengan surplus USD 290 juta bagi Indonesia.

Bagi Indonesia, posisi geografis Meksiko, Chile, dan Peru yang berada di pesisir Pasifik memberi keuntungan logistik untuk konektivitas langsung ke Asia. Hal ini menjadikan Peru mitra strategis dalam memperluas jangkauan ekonomi Indonesia di Amerika Latin.

Peningkatan hubungan ini tercermin dalam forum Indonesia-Latin America and Caribbean Business Fair and Forum (INA-LAC) 2024 di Lima, yang menghadirkan lebih dari 30 perusahaan Indonesia dari berbagai sektor. Forum tersebut menegaskan komitmen kedua negara untuk memperluas kerja sama, khususnya melalui perundingan Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA).

Infrastruktur Pelabuhan Peru dan Peran Trans-Pasifik

Peru juga menguatkan posisinya di jalur perdagangan internasional melalui investasi besar pada infrastruktur pelabuhan selama dua dekade terakhir. Modernisasi Pelabuhan Callao oleh DP World dan APM Terminals meningkatkan efisiensi dan konektivitas, sementara pengembangan terminal Paita di utara serta San Martín di selatan memperluas kapasitas ekspor untuk produk agroindustri dan perikanan.

Langkah strategis lainnya adalah peresmian Pelabuhan Chancay, hasil investasi bersama COSCO Shipping (Tiongkok) dan Volcan (Peru), yang dirancang sebagai hub langsung ke Asia. Dengan waktu tempuh Chancay–Shanghai hanya 22 hari, mempercepat arus barang ke pasar Pasifik. Pelabuhan ini bahkan mulai dimanfaatkan negara tetangga untuk mengakses Asia, menjadikan Peru simpul logistik penting di Amerika Selatan.

Menatap 50 Tahun Berikutnya 

Kunjungan resmi Presiden Indonesia ke Peru pada 2024, yang kemudian dibalas dengan kunjungan Presiden Peru ke Indonesia pada 2025, menegaskan komitmen kedua negara dalam memperdalam kemitraan strategis. Momentum tersebut mencapai puncaknya melalui penandatanganan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) di Jakarta, yang menjadi landasan penting untuk memperluas arus perdagangan, mulai dari ekspor tekstil dan kendaraan asal Indonesia hingga produk pertanian unggulan Peru.

Ruang kerja sama yang terbuka tidak hanya terbatas pada perdagangan, tetapi juga mencakup pertukaran pengetahuan dan teknologi. Peru dapat menawarkan keahlian dalam penerapan teknologi bersih di sektor pertambangan, sementara Indonesia dapat berbagi strategi peningkatan nilai tambah pada pengelolaan sumber daya alam. Sinergi ini juga dapat diperluas ke bidang lingkungan dan mitigasi perubahan iklim, sejalan dengan agenda aksesi kedua negara ke Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Dengan letak strategis Peru di pesisir Pasifik dan peran sentral Indonesia di Asia Tenggara, kemitraan ini memiliki potensi untuk menjadi jembatan utama antar-kawasan. Landasan yang telah dibangun, berbasis pada kekuatan ekonomi, kapasitas logistik, dan visi keberlanjutan, menjadi modal kuat bagi Indonesia dan Peru untuk menapaki lima dekade berikutnya dalam hubungan bilateral yang semakin kokoh.

Penulis : Nazwa

Referensi :

Andi F, Tegar Nurfitra. “Indonesia, Peru Issue Joint Declaration on 50 Years of Cooperation.” Antara News. ANTARA, August 11, 2025. https://en.antaranews.com/news/372725/indonesia-peru-issue-joint-declaration-on-50-years-of-cooperation.

Antonio, Marco. “Peru – a Rising Regional Power in the Latin American Region – Kreston Menon.” Kreston Menon, May 30, 2024. https://www.krestonmenon.com/peru-a-rising-regional-power-in-the-latin-american-region/.

Bradtner, Stefanie. “Peru’s Path to a Renewable Future: Power Forecasting, Integration, and Grid Stability» GET.transform.” GET.transform, November 21, 2024. https://www.get-transform.eu/perus-path-to-a-renewable-future-power-forecasting-integration-and-grid-stability/.

Kementerian Sekretariat Negara. “Indonesia–Peru Tandatangani IP CEPA Yang Rampung Hanya Dalam 14 Bulan | Sekretariat Negara.” Setneg.go.id, August 11, 2025. https://www.setneg.go.id/baca/index/indonesia_peru_tandatangani_ip_cepa_yang_rampung_hanya_dalam_14_bulan.

Presiden RI. “Lima Dekade Persahabatan, Indonesia-Peru Sepakat Perkuat Kerja Sama Perdagangan Dan Investasi.” presidenri.go.id, August 11, 2025. https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/lima-dekade-persahabatan-indonesia-peru-sepakat-perkuat-kerja-sama-perdagangan-dan-investasi/.

Tsuboyama, Luis. “Peru and Indonesia: 50 Years of Cooperation and Friendship.” The Jakarta Post, August 10, 2025. https://www.thejakartapost.com/opinion/2025/08/11/peru-and-indonesia-50-years-of-cooperation-and-friendship.html.