Sumber: Voice of America News(https://www.voanews.com/a/jail-sentence-for-bangladesh-nobel-laureate-triggers-outrage/7421534.html.)
Demonstrasi yang berlangsung di Bangladesh sejak Juli 2024 lalu telah mengakhiri 15 tahun pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Gerakan protes ini bermula dari aksi damai para mahasiswa yang menuntut penghapusan kuota bagi pekerjaan pegawai negeri. Meskipun sebagian besar tuntutan mereka terpenuhi, aksi ini merambat menjadi protes anti-pemerintah yang berujung pada kekerasan dengan aparat penegak hukum. Tercatat lebih dari 300 orang dalam kerusuhan tersebut.
Salah satu penyebab menjalarnya protes ini adalah tuduhan korupsi oleh beberapa pejabat tinggi Bangladesh yang disertai oleh pembungkaman figur-figur oposisi pemerintahan. Para aktivis kemanusiaan di Bangladesh pun telah menunjukkan bahwa ruang bagi aktivitas demokrasi telah menyusut. Sehubungan dengan ini, Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi terhadap rezim Hasina pada tahun 2021 akibat berbagai tuduhan pelanggaran hak asasi.
Hengkangnya Hasinah telah menurunkan pula kekuasaan rezim otoriter di Bangladesh. Meskipun demikian, 15 tahun pemerintahannya pun telah membawa stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Angka kemiskinan di negara tersebut telah turun lebih dari 95% sejak 1971, dan lebih dari 170 juta masyarakat Bangladesh memiliki akses terhadap listrik.
Dengan demikian, pengunduran diri Sheikh Hasina telah menyisakan ketidakpastian di tengah transisi politik Bangladesh. Sejumlah partai politik dan figur-figur oposisi telah memulai pembicaraan perihal perancangan pemerintah interim sementara pihak internasional menyerukan perpindahan kekuasaan secara demokratis.
Beberapa analis menilai bahwa transisi politik Bangladesh berpotensi memberikan militer peluang untuk mengambil alih pemerintahan. Pihak militer memiliki catatan panjang kudeta sejak tahun 1975, ketika Sheikh Mujibur Rahman–ayah kandung Hasina–dibunuh dalam kudeta yang membawa pemerintahan militer bagi masyarakat Bangladesh. Kekhawatiran kembali berkuasanya militer diperkuat oleh pernyataan Jenderal Zaman, yang menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, terhadap intensinya untuk membentuk pemerintahan sementara.
Terlepas dari kemungkinan tersebut, Bangladesh tampaknya telah mengambil jalur yang lebih ‘demokratis’ dalam transisi politiknya. Alih-alih pihak militer, ekonom Bangladesh, yaitu Muhammad Yunus, telah dipilih untuk memimpin pemerintahan transisi. Yunus merupakan pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian yang mempelopori skema pinjaman mikro bagi masyarakat miskin.
Sebagai perdana menteri pemerintahan interim, Yunus berjanji untuk menegakkan konstitusi, memulihkan perdamaian, dan mempersiapkan pemilihan umum baru. Pemerintahan sementara ini terdiri atas penasihat non-menteri yang mengambil sumpah jabatan. Beberapa di antaranya merupakan aktivis hak asasi manusia, seperti Adilur Rahman Khan, yang sebelumnya dijatuhi hukuman penjara di bawah rezim Hasina.
Bangladesh diperkirakan mengalami penyesuaian kebijakan luar negeri di bawah kepemimpinan Yunus. Pemerintah interim ini menyatakan bahwa upaya untuk menjaga hubungan positif dengan India dan Tiongkok akan menjadi prioritas Bangladesh. Hal ini patut diperhatikan, mengingat Hasina melarikan diri ke India setelah demonstrasi berkepanjangan yang menuntut pengunduran dirinya.
Dalam kaitannya dengan India, hengkangnya Hasina telah memberi ruang bagi Delhi untuk berjuang maupun mempertahankan pengaruhnya di Bangladesh. Sentimen-sentimen anti-India di negara-negara tetangganya, seperti Maladewa dan Nepal, telah membentuk tendensi di kawasan tersebut untuk bersikap ‘lebih lunak’ terhadap Tiongkok. Bagi India, gejolak yang dialami Bangladesh menjadi sangat mengkhawatirkan, mengingat Bangladesh berperan sebagai penghubung antara Delhi dengan Asia Tenggara.
Delhi akan berusaha untuk mencegah Bangladesh National Party (BNP) dan Bangladesh Jamaat-e-Islami (Jamaat) berkuasa karena sikap anti-india mereka serta catatan sejarah pemberontakan terhadap India. Dengan demikian, India perlu merancang pendekatan baru untuk mempertahankan pengaruhnya tanpa menyebabkan kebencian di antara masyarakat Bangladesh.
Di Bangladesh, dampak BNP dan Jamaat tampak melalui keterlibatan anggota-anggota partai tersebut dalam persekusi masyarakat Hindu Bangladesh selama ketidakstabilan politik berlangsung. Pemerintah interim yang diharapkan dapat membawa stabilitas kemudian menjadi daya dukung bagi India untuk melanggengkan stabilitas kawasan dan kepentingannya.
BNP dan Jamaat menyerukan untuk mengadakan pemilihan umum dalam waktu tiga bulan setelah pemerintahan interim terbentuk. Di sisi lain, Yunus menganjurkan durasi kekuasaan selama tiga tahun bagi pemerintah interim. BNP memiliki basis massa yang besar di Bangladesh, sehingga jika pemilihan umum berlangsung dalam tiga bulan, maka kedua partai ini akan mengamankan sebagian besar kursi pemerintahan.
Satu-satunya cara bagi India untuk memastikan stabilitas kawasan adalah untuk melanggengkan kekuasaan pemerintah interim di bawah Yunus. Dengan demikian, Delhi akan perlu untuk mendukung transisi politik Bangladesh menuju tatanan yang lebih demokratis serta memperkuat legitimasi pemerintah interim.
Referensi:
Al Jazeera. “Muhammad Yunus Returns to Bangladesh to Lead Interim Government.” Al Jazeera, August 8, 2024. https://www.aljazeera.com/news/2024/8/8/muhammad-yunus-returns-to-bangladesh-to-lead-interim-government?traffic_source=KeepReading.
—. “Muhammad Yunus Takes Oath as Head of Bangladesh’s Interim Government.” Al Jazeera, August 8, 2024. https://www.aljazeera.com/news/2024/8/8/muhammad-yunus-takes-oath-as-head-of-bangladeshs-interim-government.
Ethirajan, Anbarasan, and Hannah Ritchie. “Bangladesh Student Protests: Why Is the Government Facing Public Anger?” www.bbc.com, August 11, 2024. https://www.bbc.com/news/articles/cq5xye1d285o.
France24. “Iron Lady Sheikh Hasina Ends 15-Year Rule and Flees Bangladesh,” May 8, 2024. https://www.france24.com/en/asia-pacific/20240805-iron-lady-sheikh-hasina-ends-15-year-rule-and-flees-bangladesh.
—. “Protests in Bangladesh: The Reasons for the Rage,” August 6, 2024. https://www.france24.com/en/asia-pacific/20240806-why-has-bangladesh-been-consumed-by-a-month-of-protests.
Jannatul Naym Pieal. “Why India Will Want Yunus to Stay in Power in Bangladesh.” Thediplomat.com. The Diplomat, August 9, 2024. https://thediplomat.com/2024/08/why-india-will-want-yunus-to-stay-in-power-in-bangladesh/.
Reuters. “Bangladesh’s History of Upheaval and Coups,” August 5, 2024. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/bangladeshs-history-upheaval-coups-2024-08-05/.
The Economic Times. “Bangladesh Interim Govt Says It Intends to Maintain ‘Smooth and Positive’ Relations with All, Including In.” Economic Times, August 11, 2024. https://economictimes.indiatimes.com/news/international/world-news/bangladesh-interim-govt-says-it-intends-to-maintain-smooth-and-positive-relations-with-all-including-india-and-china/articleshow/112448353.cms?from=mdr.
The Times of India. “Will Decide on Seeking Hasina’s Extradition from India: Bangladesh.” Times Of India, August 15, 2024. https://timesofindia.indiatimes.com/world/south-asia/will-decide-on-seeking-hasinas-extradition-from-india-bangladesh/articleshow/112552098.cms.
Yeung, Jessie. “Who Is Muhammad Yunus, the Nobel Laureate Leader of Bangladesh’s Interim Government?” CNN. CNN, August 7, 2024. https://edition.cnn.com/2024/08/07/asia/muhammad-yunus-bangladesh-government-intl-hnk/index.html.

