Penguatan Sinergi Partnership untuk Akselerasi Pembangunan Smart City di Indonesia dan ASEAN

Dalam rangka memperkuat kerja sama di antara mitra-mitra Pembangunan smart city di Indonesia dan ASEAN, Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri mengadakan Rapat Koordinasi Sinergi dan Kolaborasi pada 14 Agustus 2024 di Gedung H, Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan.

Dalam sambutannya, Bapak Dr. Amran Jamaludin, Plh. Dirjen Admin Kewilayahan menegaskan pentingnya kemitraan dalam mendukung rencana kerja pemerintah. Pemerintah berkomitmen untuk memberikan peran yang lebih besar bagi mitra-mitra swasta untuk berkontribusi aktif terutama dalam pembangunan kota-kota di Indonesia. Perlu penanganan permasalahan perkotaan seperti persampahan dan sarana prasarana transportasi dengan peran serta mitra-mitra swasta. Pemerintah terbuka menerima masukan bentuk-bentuk dukungan dari mitra-mitra, termasuk kerja sama dengan pihak-pihak luar negeri. Indonesia sudah memiliki standar perkotaan dengan pengukuran tingkat maturasi perkotaan.

Hadir dalam pertemuan itu adalah Direktur Utama ASECH Indonesia; Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kota Se-Indonesia (APEKSI); Ketua Umum Perkumpulan Profesiobal Teknologi Informasi (PPTI); Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS); Ketua Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII); Ketua Parahyangan Center for International Studies (PACIS); Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI); Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia; Indonesia Strategic Research; PT. Napindo Media Ashatama; Komite Pengembangan Kewirausahaan, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO); dan perwakilan Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia. 

Dalam sambutannya, Bapak Dr. Amran Jamaludin, Plh. Dirjen Admin Kewilayahan menegaskan pentingnya kemitraan dalam mendukung rencana kerja pemerintah. Pemerintah berkomitmen untuk memberikan peran yang lebih besar bagi mitra-mitra swasta untuk berkontribusi aktif terutama dalam pembangunan kota-kota di Indonesia. Perlu penanganan permasalahan perkotaan seperti persampahan dan sarana prasarana transportasi dengan peran serta mitra-mitra swasta. Pemerintah terbuka menerima masukan bentuk-bentuk dukungan dari mitra-mitra, termasuk kerja sama dengan pihak-pihak luar negeri. Indonesia sudah memiliki standar perkotaan dengan pengukuran tingkat maturasi perkotaan.

Hadir dalam pertemuan itu adalah Direktur Utama ASECH Indonesia; Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kota Se-Indonesia (APEKSI); Ketua Umum Perkumpulan Profesiobal Teknologi Informasi (PPTI); Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS); Ketua Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII); Ketua Parahyangan Center for International Studies (PACIS); Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI); Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia; Indonesia Strategic Research; PT. Napindo Media Ashatama; Komite Pengembangan Kewirausahaan, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO); dan perwakilan Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia. 

Paparan pertama disampaikan oleh Ibu Erike dengan memperkenalkan peran ASECH dalam mendukung pengembangan smart city di Indonesia, termasuk MoU dengan Kabupaten Sumedang. Paparan selanjutnya diberikan oleh Bapak Alwis Rustam direktur eksekutif APEKSI yang memayungi 98 pemerintah kota di Indonesia dan sedang membuka seluas-luasnya sinergi di antara berbagai pemangku kepentingan. Pak Alwis menyampaikan tantangan terkait overlapping nya regulasi yang dibuat oleh beberapa kementerian yang terkait, di antaranya adalah Kementerian PANRB, Kemendagri, Kemenkeu, BPS, Kemenkominfo, Kemen PPN/Bappenas. Perlu penyelesaian sengkarut untuk dapat mendorong pembangunan kota. APEKSI mengharapkan kejelasan penggunaan sumber data, Rancangan Permendagri tentang RP2P dan sinkronisasi wali data dalam platform SDPDN yang digunakan untuk berbagai keperluan. Juga perlu keterpaduan platform dan sistem informasi untuk perencanaan dan evaluasi/pelaporan; SAKIB, SIPD dan SIKD; RDTR dan Perda RTRW dan sinkron dengan OSS RBA; Data lintas sektoral antar kementerian terkait kemiskinan, kesehatan, pendidikan, capaian layanan dasar; Pusat Data dan Informasi dengan berbagai Ditjen di internal Kemendagri.

Selanjutnya mitra-mitra jaringan smart city mendapatkan kesempatan untuk memaparkan pandangan masing-masing terkait pengembangan smart city sesuai dengan bidang dan ruang lingkup yang telah dilakukan masing-masing lembaga. 

Heri Sutrisno, Ketua Perkumpulan Profesional Teknologi Informasi (PPTI) menyampaikan rencana penyelenggaraan pengelolaan perkotaan dan kompetensi kota cerdas; memberikan masukan tentang draft Permendagri RP2P. 

Bapak Teddi Sukardi, konsultan yang telah banyak berkecimpung dalam capacity building smart city di Indonesia menyampaikan pandangannya terkait isu-isu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kolaborasi di antara pihak-pihak non pemerintah, termasuk program-program capacity building. Keterbatasan anggaran merupakan salah satu. Perlu mencari peluang sumber-sumber alternatif untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang strategis untuk dilakukan.

Pak Fanky Christian, Sekretaris Jenderal APTIKNAS banyak terlibat dalam pekerjaan terkait smart city. Kendala yang dihadapi umumnya terkait dengan informasi peluang pekerjaan smart city dan adanya duplikasi dari kegiatan sharing knowledge. Mengusulkan perlu membangun capacity building dengan bekerja sama dengan ASECH, khususnya di lingkup perkotaan perlu didukung dari aspek teknologi informasi dan transparansi informasi peluang kerja terkait dengan pembangunan smart city.

Ibu Lishia Erza, Ketua Komite Kewirausahaan dan Peningkatan Kapasitas dan Ekonomi Inklusif, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) berbagi pengalaman terkait WASHcity finance dan climate finance, serta ketahanan pangan dan agrikultur secara luas. 

Pak Alexander Ludi, Perwakilan Dewan Transformasi Industri Digital Indonesia dan Wakil Ketua Umum Start-up Ecosystem menjelaskan bagaimana industri digital dibangun di Indonesia. Menurutnya, silo mindset menjadi tantangan dalam pengembangan industri digital dan ini menjadi salah satu tantangan dalam membangun kolaborasi mitra yang luas. Mengingatkan perlu dimasukkan investor sebagai salah satu mitra penting dalam pendekatan pentahelik membangun smart city.

Tiga orang perwakilan GIZ menyampaikan program kerja sama Indonesia Jerman dalam transisi energi dan potensi dukungan bagi pengembangan smart city di Indonesia. Perlu pendekatan wholistik dalam membangun smart city dan mengurangi kompleksitas dengan mengacu pada target-target nasional, seperti Coal Phase Outand Just Transition, dan target Renewable Energy dan pilar-pilar tematik GIZ. GIZ berencana menyediakan dukungan ke pemerintah-pemerintah kota melalui pembangunan jaringan komunikasi, capacity buildingmelalui pelatihan-pelatihan, energi efficiency dan access to finance

Pak Cecep Hidayat Direktur Eksekutif, Indonesia Strategic Research menyampaikan gagasan tentang pentingnya smart energi, smart building, smart mobility, smart infrastructure, smart governance dan smart education, smart citizen dan smart security. Pak Cecep mengingatkan perlunya smart defense dan cyber security di kota-kota di Indonesia, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).

Dalam kesempatan tersebut, perwakilan Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) menyampaikan dukungannya dalam pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia, sementara perwakilan dari Indowater menyampaikan rencana penyelenggaraan Indowater Expo & Forum 2024

Yulius P Hermawan, Ketua PACIS, menyampaikan dukungan pusat studi hubungan internasional bagi peran Indonesia sebagai shepherd ASEAN Smart City Network (ASCN). PACIS telah menyiapkan kajian kebijakan terkait apa saja yang  dapat dilakukan Indonesia, di antaranya mendorong forum kolaborasi di antara anggota-anggota ASCN, forum kemitraan di antara donor/mitra dialog ASEAN, forum inovasi yang melibatkan mitra-mitra swasta yang bergerak di industri teknologi dan informasi inovatif, serta pengembangan ekosystem pengembangan smart city di ASEAN. Ketua PACIS juga menyampaikan paparan tentang pemetaan tentang projek-projek Smart City di negara-negara anggota ASCN, tantangan dan kebutuhan kemitraan dan dukungan pendanaan.

Dalam sambutan penutupan, Bapak Dr. Amran Jamaludin menyampaikan apresiasi atas berbagi pengetahuan dari masing-masing pihak dan perlunya tindak lanjut dari pertemuan kolaboratif yang melibatkan berbagai sektor supaya menjadi praktik baik. Dengan pengembangan kolaborasi nasional yang efektif, Indonesia siap untuk berkontribusi dalam pengembangan smart city di negara-negara ASEAN. Plh Dirjen Administrasi Kewilayahan tersebut mengakui bahwa masing-masing pemangku kepentingan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, namun perlu bekerja sama satu sama lain. Seluruh stakeholders yang mendukung sektor-sektor perkotaan dapat terus terlibat dalam kolaborasi yang berkelanjutan. Penilaian masing-masing indikator smart city bisa dilakukan oleh kelompok-kelompok yang membidangi indikator spesifik. Semakin tinggi tingkat kolaborasi semakin besar peluang untuk mewujudkan kota-kota cerdas di Indonesia. Nantinya, kolaborasi ini bisa menjadi model kolaborasi di tingkat ASEAN.