OBBBA (One Big Beautiful Bill Act) dan Sektor Pertambangan: Akankah AS Mundur dari Transisi Energi?

Pada tanggal 4 Juli 2025, Presiden Donald Trump secara resmi mengesahkan H.R.1, atau One Big Beautiful Bill Act (OBBBA), menjadi undang-undang. Regulasi ini menetapkan perubahan signifikan dalam sistem perpajakan dan anggaran negara, reformasi program kesejahteraan sosial dan layanan kesehatan, serta kebijakan imigrasi dan keamanan perbatasan. Salah satu aspek yang paling mencolok dari OBBBA adalah revisi terhadap Inflation Reduction Act (IRA), dengan menghapus sejumlah program yang sebelumnya berkontribusi besar bagi sektor energi dan rantai pasok mineral. Meskipun undang-undang ini bertujuan mempercepat pengadaan sumber daya mineral kritis dari dalam negeri dan mengurangi ketergantungan AS terhadap Tiongkok, di saat yang sama OBBBA juga menghapus berbagai insentif penting dalam IRA yang sebelumnya mendorong pertumbuhan permintaan dari sektor hilir. Hal ini menciptakan tantangan baru dalam investasi jangka panjang di sektor mineral kritis dan mengubah struktur rantai pasok global yang selama ini didominasi oleh Beijing.

Revisi OBBBA terhadap Ketentuan IRA: Dampaknya terhadap Produsen Mineral Kritis

Salah satu perubahan kebijakan paling mencolok dalam One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) adalah pencabutan dan penyesuaian berbagai insentif yang sebelumnya diatur dalam Inflation Reduction Act (IRA), khususnya yang berkaitan dengan sektor mineral kritis. Langkah ini menandai pergeseran strategis pemerintahan Trump yang tidak lagi menjadikan transisi energi serta ekspansi teknologi terbarukan dan kendaraan listrik sebagai prioritas kebijakan nasional. Sebaliknya, fokus kini diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri tanpa ketergantungan terhadap skema insentif hijau yang diperkenalkan di masa pemerintahan Biden

  1. Penghapusan Insentif Kendaraan Bersih: Efek Domino terhadap Permintaan Mineral

Salah satu kebijakan yang dihentikan melalui OBBBA adalah Clean Vehicle Credit sebagaimana diatur dalam Pasal 30D IRA. Insentif sebesar 7.500 dolar AS ini sebelumnya diberikan kepada konsumen yang membeli kendaraan listrik (EV) yang komponennya bersumber dari Amerika Serikat atau negara-negara mitra dagang bebas (FTA). Tujuannya adalah memperkuat rantai pasok EV dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor, terutama dari Tiongkok.

Dengan diakhirinya insentif ini, maka efek berantai terhadap sektor ini tidak dapat dihindari. Permintaan terhadap kendaraan listrik berpotensi menurun, dan bersamaan dengan itu, permintaan terhadap mineral sebagai bahan baku utama juga akan melemah. Hal ini menciptakan ketidakpastian pasar bagi para produsen otomotif, yang pada akhirnya enggan berkomitmen dalam perjanjian jangka panjang untuk pengadaan mineral.

Konsekuensi lainnya adalah sulitnya proyek tambang domestik untuk memperoleh investasi, terlebih dalam iklim harga komoditas yang sedang menurun tajam. Data menunjukkan bahwa antara tahun 2022 hingga 2025, harga kobalt telah merosot 60%, nikel 73%, dan bahkan lithium hingga 87%. Situasi ini menimbulkan dilema, di mana tanpa permintaan yang kuat di dalam negeri, banyak proyek pertambangan berpotensi mengalihkan orientasi mereka ke Tiongkok sebagai sumber pendanaan dan pembeli. Tren ini terlihat dari meningkatnya akuisisi tambang oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok pada 2024, yang tercatat sebagai yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir. Ini merupakan bagian dari strategi luas Beijing untuk mengamankan kontrol atas rantai pasok bahan mentah penting di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat.

  1.  Revisi Pasal 45X: Ketidakpastian Investasi Tambang di Tengah Tekanan Struktural

Selain mencabut insentif kendaraan listrik, OBBBA juga mengubah ketentuan Pasal 45X yang sebelumnya menawarkan Production Tax Credit sebesar 10% bagi kegiatan produksi mineral kritis, mulai dari ekstraksi hingga pemurnian, yang memenuhi standar tertentu. Insentif ini semula dirancang untuk memperkuat kapasitas produksi domestik dalam menghadapi tantangan pembangunan tambang baru yang memerlukan waktu panjang, modal besar, dan risiko tinggi. Di bawah IRA, sektor mineral kritis dikecualikan dari jadwal penghentian bertahap hingga setelah 2032.

Namun, OBBBA mencabut pengecualian ini dan menetapkan penghapusan bertahap: insentif akan dikurangi menjadi 75% pada 2031, 50% pada 2032, dan 25% pada 2033 sebelum dihapuskan sepenuhnya pada 31 Desember 2033. Kini, hanya proyek mineral yang telah beroperasi sebelum 2032 yang dapat mengakses kredit penuh untuk beberapa tahun ke depan. Mengingat waktu yang panjang untuk mengembangkan tambang baru dan meningkatkan produksi, revisi ini mengurangi efektivitas Pasal 45X. Selain itu, perubahan ini membuat investor lebih memilih proyek tambang lama (brownfield) yang mendekati masa produksi tetapi memiliki cadangan yang lebih rendah kualitasnya, daripada proyek baru (greenfield) yang lebih menjanjikan dalam jangka panjang.

Redefinisi Foreign Entity of Concern (FEOC) dan Implikasinya terhadap Proyek Mineral Kritis 

Salah satu aspek paling penting dari One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) adalah redefinisi terhadap kategori Foreign Entity of Concern (FEOC), yakni entitas asing yang dianggap tidak layak menerima dukungan fiskal dari pemerintah Amerika Serikat. Dalam konteks geopolitik saat ini, perubahan ini secara eksplisit ditujukan untuk membatasi akses perusahaan Tiongkok terhadap insentif pajak AS dengan mempersempit kriteria kelayakan dan mencegah investasi Tiongkok dalam proyek mineral dan energi AS.

OBBBA memperkenalkan dua klasifikasi baru:

  1. Specified Foreign Entities (SFEs) mencakup berbagai jenis perusahaan yang sebelumnya telah masuk daftar pengawasan oleh lembaga federal. Ini termasuk; (1) perusahaan militer asal Tiongkok; (2) produsen baterai yang dilarang menjalin kontrak dengan Departemen Pertahanan AS; (3) entitas yang tercantum dalam daftar Departemen Perdagangan AS; dan (4) perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran kerja paksa berdasarkan Uyghur Forced Labor Prevention Act,
  2. Foreign-Influenced Entities (FIEs) mencakup perusahaan yang, meskipun tidak terdaftar langsung sebagai SFE, tetap memiliki keterkaitan struktural atau finansial dengan entitas tersebut. Kualifikasi FIE berlaku bila SFE memiliki kendali atas eksekutif atau dewan direksi dan SFE memiliki ≥25% kepemilikan saham. 

OBBBA tidak hanya membatasi siapa yang bisa menerima insentif, tetapi juga menciptakan sistem evaluasi baru terhadap fasilitas atau proyek mineral. Salah satu instrumen penting dalam evaluasi ini adalah material assistance cost ratio, yakni rasio antara total biaya produk manufaktur dari sumber non-PFE dengan total seluruh komponen manufaktur dalam proyek. Rasio ini menjadi dasar untuk menentukan apakah suatu fasilitas memenuhi syarat menerima insentif fiskal atau tidak. Lebih lanjut, OBBBA memberlakukan pendekatan spesifik per mineral. Pada 31 Desember 2027, Departemen Keuangan AS diwajibkan menetapkan ambang batas baru bagi masing-masing dari 50 mineral yang termasuk dalam Pasal 45X(c) termasuk aluminium, kobalt, lithium, dan nikel. 

Apakah Alokasi Anggaran Baru Dapat Meningkatkan Keamanan Mineral Kritis?

Melalui Pasal 20004, One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) menetapkan sejumlah alokasi anggaran strategis yang ditujukan untuk memperkuat keamanan pasokan mineral kritis Amerika Serikat. Untuk tahun 2025, sebanyak 2 miliar dolar AS dialokasikan kepada Menteri Pertahanan guna memperbesar cadangan strategis nasional melalui National Defense Stockpile Transaction Fund. Dana ini berfungsi sebagai perlindungan dalam situasi darurat nasional, seperti bencana alam, konflik regional, hingga peperangan besar, di mana kebutuhan terhadap mineral untuk industri pertahanan menjadi krusial. Selain itu, OBBBA mengucurkan tambahan dana sebesar 5 miliar dolar AS yang dapat digunakan hingga 30 September 2029 melalui Industrial Base Fund (berdasarkan Kode Pasal 10 AS) untuk mendukung pembangunan rantai pasok mineral nasional.

Namun, alokasi anggaran ini lebih menekankan sisi suplai (supply-side) dan belum diimbangi dengan langkah-langkah yang mampu merangsang permintaan jangka panjang (demand-side) dari sektor-sektor utama seperti pertahanan, industri semikonduktor, otomotif, dan energi. Tanpa dukungan permintaan yang stabil, investasi dalam sektor mineral kritis tetap akan menghadapi hambatan struktural.

Tantangan Tanpa Insentif IRA: Apakah Permintaan Mineral Kritis Bisa Tetap Tumbuh?

Meskipun terdapat peluang, mendorong pertumbuhan permintaan terhadap mineral kritis tanpa dukungan insentif energi bersih dari IRA memerlukan sinyal kebijakan yang konsisten dan menyeluruh. Amerika Serikat memerlukan strategi lintas sektor yang tidak hanya mendukung kegiatan pertambangan dan pemrosesan, tetapi juga menjamin adanya pasar yang menyerap hasil produksi tersebut baik dari sektor pertahanan, semikonduktor, otomotif, maupun energi terbarukan.

Saat ini, proyek-proyek pertambangan di AS menghadapi tekanan berat, berupa harga komoditas yang terus menurun, biaya operasional yang tinggi, serta persaingan agresif dari perusahaan-perusahaan Tiongkok yang memperoleh keuntungan dari subsidi negara, tenaga kerja murah, dan intervensi pasar. Kondisi ini membuat banyak proyek di negara-negara Barat tidak lagi layak secara ekonomi, yang pada akhirnya melemahkan arus investasi swasta ke sektor ini, baik di dalam negeri maupun di negara mitra strategis.

Untuk membalikkan tren, insentif fiskal strategis seperti kredit pajak produksi dan subsidi langsung sangat diperlukan. Insentif ini akan membantu menurunkan risiko investasi dan meningkatkan daya saing proyek pertambangan di negara-negara Barat. Agar efektif, cakupan insentif perlu diperluas tidak hanya untuk mineral yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik, tetapi juga untuk mineral berteknologi tinggi seperti galium dan germanium yang sangat penting dalam produksi semikonduktor dan teknologi canggih lainnya. Kredit pajak juga harus diberikan untuk tahap pemrosesan menengah (midstream processing), baik di wilayah Amerika Serikat maupun di negara-negara sekutu yang memiliki potensi produksi, guna mendorong lahirnya proyek-proyek besar dan  vital bagi rantai pasok global.

Perluasan Negara Penerima Insentif: Kunci Diplomasi Mineral AS?

Saat ini, daftar negara yang memenuhi syarat untuk mendapatkan insentif mineral dari AS masih terbatas pada mitra dagang dalam perjanjian FTA, yang secara geografis dan geologis belum tentu memiliki cadangan mineral kritis dalam jumlah signifikan. Misalnya, Maroko adalah satu-satunya negara di Afrika yang memiliki FTA dengan AS, padahal cadangan mineralnya relatif kecil. Sebaliknya, kawasan Afrika lainnya justru menyimpan kekayaan luar biasa berupa tembaga, kobalt, lithium, grafit, logam tanah jarang, hingga mangan dan krom.

Keterbatasan ini menciptakan kesenjangan struktural antara lokasi sumber daya mineral dan cakupan kebijakan perdagangan AS, yang pada akhirnya menyulitkan pelaku industri dalam negeri, khususnya produsen otomotif, untuk memenuhi persyaratan insentif. Akibatnya, hanya sedikit model kendaraan listrik (EV) yang lolos kualifikasi untuk menerima subsidi, yang kemudian melemahkan efektivitas kebijakan energi bersih secara keseluruhan.

Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan perluasan daftar negara yang memenuhi syarat untuk insentif produksi dan pemrosesan mineral. Pendekatan ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat diplomasi mineral AS, memungkinkan AS membangun kemitraan baru dengan negara-negara produsen sumber daya, sekaligus mendorong mereka untuk menyalurkan ekspor mineral ke pasar AS dan negara-negara sekutu daripada bergantung pada kontrak jangka panjang dengan Tiongkok.

Penulis : Nazwa

Referensi : 

Arrington, Jodey. “Text – H.R.1 – 119th Congress (2025-2026): One Big Beautiful Bill Act.” Congress.gov, 2025. https://www.congress.gov/bill/119th-congress/house-bill/1/text.

Cockerham, Scott W. “One Big Beautiful Bill: New Law Disrupts Clean Energy Investment.” Lw.com, July 8, 2025. https://www.lw.com/en/insights/one-big-beautiful-bill-new-law-disrupts-clean-energy-investment.

Giann Liguid. “Discover How Trump’s Bill Will Transform Energy, Mining, and Tech in America.” Investing News Network (INN), July 7, 2025. https://investingnews.com/big-beautiful-bill-impact/.

Hidayat, Alia , and Dylan Nezaj. “The One Big, Beautiful Bill Act Endangers the Transformation of Contaminated Sites for Clean Energy Production.” Center for American Progress, July 7, 2025. https://www.americanprogress.org/article/the-one-big-beautiful-bill-act-endangers-the-transformation-of-contaminated-sites-for-clean-energy-production/.

Hulehan, Kyle. “The Good, the Bad, and the Ugly in the One, Big, Beautiful Bill.” Tax Foundation, May 20, 2025. https://taxfoundation.org/blog/one-big-beautiful-bill-pros-cons/.

Hunton. “Navigating the One Big Beautiful Bill Act: Metallurgical Coal Added as ‘Critical Mineral’ for Section 45X Tax Credits While Phasing out Credits for Other Applicable Critical Minerals.” HuntonAK, July 8, 2025. https://www.hunton.com/the-nickel-report/navigating-the-one-big-beautiful-bill-act-metallurgical-coal-added-as-critical-mineral-for-section-45x-tax-credits-while-phasing-out-credits-for-other-applicable-critical-minerals.

Wood Mackenzie. “Wood Mackenzie.” Woodmac.com, July 10, 2025. https://www.woodmac.com/press-releases/trumps-one-big-beautiful-bill-act-reshapes-us-energy-landscape/.