Iran akhirnya melancarkan aksinya sebagai respon terhadap serangan mematikan Israel pada Konsulatnya di Damaskus di awal April 2024 lalu. Juru bicara Israel Defence Force (IDF) mengatakan bahwa Iran meluncurkan sekitar 350 roket, termasuk 170 drone, 120 rudal balistik dan 30 rudal jelajah dari Iran, Irak, Yaman dan Lebanon-Hisbullah pada Sabtu malam, 13 April 2024 hingga Minggu dini hari, 14 April 2024.
Serangan Iran membuat banyak pihak khawatir terhadap semakin rumitnya resolusi konflik antara Israel-Hamas. Kekhawatiran juga muncul terkait potensi meluasnya instabilitas di kawasan Timur Tengah. Sekalipun disebutkan 99 persen proyektil yang diluncurkan Iran dapat digagalkan, serangan tersebut telah membuat warga Israel di Yerusalem merasakan situasi yang sangat mencengkam di bawah raungan sirine.
Alasan di balik Serangan Iran
Pertanyaannya adalah apakah latar belakang dari serangan Iran ke Israel tersebut? Apakah semata-mata sebagai retaliasi terhadap aksi brutal Israel di konsulat Iran di Damaskus dua minggu sebelumnya? Atau serangan ini mencerminkan ambisi serius Iran untuk menjadi hegemon regional, seperti banyak disampaikan oleh para pengamat internasional di banyak media Barat?

Adrianus, Pakar Geopolitik PACIS
Adrianus Harsawaskita, pakar geopolitik PACIS berargumen bahwa serangan ini tampaknya lebih ditujukan untuk konsumsi domestik Iran. Serangan ini lebih dimaksudkan untuk menunjukkan respon serius Iran terhadap serangan Israel terhadap Konsulatnya di Damaskus di awal April 2024. Bahkan menurutnya, serangan Iran tersebut terkesan basa-basi.
Pandangan Pakar Geopolitik tersebut tampaknya menemukan pembenaran dengan reaksi positif dari masyarakat Iran terhadap aksi serangan ke Israel tersebut. Sehari setelah serangan dilakukan, perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa Bangsa menyatakan bahwa retaliasi terhadap serangan Iran di Suriah telah berakhir. Namun demikian, ditegaskan bahwa jika rejim Israel membuat kesalahan lagi, Iran tidak segan melakukan tindakan yang lebih keras.
Pimpinan angkatan bersenjata Iran juga mengingatkan bahwa jika Israel membalas serangan Iran tersebut, Iran siap untuk melakukan serangan yang lebih keras. Peringatan juga ditujukan kepada Amerika Serikat jika memberikan dukungan terhadap retaliasi Israel terhadap serangan Iran sebelumnya.
Adrianus mengakui bahwa serangan Iran merupakan strategi Iran untuk memainkan pengaruhnya di Timur Tengah. Namun demikian, dosen Analisa Kebijakan Luar Negeri Unpar tersebut menunjukkan bahwa serangan Iran justru makin memperkuat hubungan Amerika Serikat dengan Arab Saudi karena Arab Saudi sekarang sadar bahwa yang bisa membantu negara tersebut cuma Amerika Serikat. Iran tetap merupakan musuh yang memiliki kapabilitas ofensif yang berbahaya bagi stabilitas dan keamanan negara-negara Timur Tengah.

Idil, Pakar Pertahanan dan Strategis PACIS
Idil Syawfi, pakar kajian pertahanan dan strategis PACIS melihat bahwa alasan retaliasi ini tidak cukup memadai dalam menjelaskan tindakan Iran yang secara langsung melakukan serangan ke wilayah Israel. Menurutnya, ada beberapa penjelasan mengapa serangan tersebut bukan sekedar retaliasi. Pertama, serangan Iran terhadap Israel telah meningkatkan eskalasi konflik dengan Israel dan eskalasi ini telah mengkosolidasikan barisan proksi Iran yang disebut dengan axis of resistance. Gerakan barisan proksi Iran tersebut saat ini lebih terokestrasi lebih baik.
Menurut Idil, penjelasan kedua adalah terpecahnya aliansi Barat akibat eskalasi konflik Israel-Hamas, terutama terkait sikap Israel yang menutup mata terhadap jatuhnya puluhan ribu korban di Gaza. Penjelasan ketiga terkait dengan mulai muncul keragu-raguan di pihak Amerika Serikat dalam melanjutkan komitmennya untuk terus mendukung Israel. Apalagi publik Amerika Serikat telah terbelah dalam menyikapi berlanjutnya serangan Israel terhadap Hamas di Gaza yang membuat warga sipil menjadi korban.
Idil menambahkan bahwa eskalasi konflik Israel Hamas telah menaikkan profil Iran di kawasan. Tindakan Israel yang kejam di Gaza membuat masyarakat internasional menilai Israel sebagai pelanggar HAM berat, apartheid, pelaku genosida dan bahkan penjahat perang yang harus dihukum.
Pandangan Idil Syawfi tentang tidak memadainya alasan retaliasi senada dengan pencermatan pemerhati Timur Tengah Unpar yang lain yang melihat serangan Iran bukan sekedar retaliasi semata, tetapi suatu tindakan yang harus diambil Iran untuk mempertahankan citra Iran karena Israel telah berani terang-terangan menyingkap keberadaan kekuatan Iran di wilayah Suriah, dan kemungkinan besar di Lebanon. Israel telah menyerang dengan cara militer Konsulat Iran, suatu wilayah yang seharusnya ‘kebal hukum’ terhadap serangan militer semacam itu. Dengan serangan tersebut, Iran ingin memperlihatkan kekuatan militer Iran yang sesungguhnya. Menurutnya, serangan Iran tersebut memperlihatkan pergerakan kekuatan militer untuk mendekati lokasi Israel bahkan sejak sebelum 7 Oktober 2023.

I Nyoman Sudira, Pakar Kajian Resolusi Konflik PACIS
Pandangan yang sama disampaikan juga oleh I Nyoman Sudira, yang melihat bahwa serangan Iran tersebut didasari oleh tujuan besar revolusi Iran 1979, yakni menegakan dan membumikan nilai-nilai Islam (Syiah) dan menyingkirkan segala bentuk Westernisasi. Serangan Iran merupakan respon terhadap tindakan Israel yang telah menodai tujuan revolusi Iran melalui serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus.
Dosen Hubungan Internasional di Timur Tengah Unpar itu juga menambahkan bahwa Iran tetap ingin dipandang sebagai sebuah kekuatan kawasan yang tidak mudah untuk digentarkan dan harus diberi pengakuan.
Siapa yang diuntungkan?
Dengan dukungan Amerika Serikat dan Inggris, Israel memang berhasil menangkal 99 persen proyektil Iran. Namun Israel harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk melindungi warga negaranya. Biaya yang harus dikeluarkan Israel dalam semalam untuk melakukan intersepsi terhadap rudal-rudal Iran diperkirakan mencapai 2,1 milyar Shekel atau lebih dari 550 juta dolar Amerika Serikat (Peled, 2024). Mantan penasihat keuangan IDF bahkan menyebut angka yang jauh lebih besar lagi, yaitu 4-5 milyar Shekel (Lukash, 2024).
Jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan Iran, Israel harus menanggung biaya yang sangat besar untuk menahan serangan Iran.
Sekalipun demikian, Israel tetap mendapatkan keuntungan dari aksi serangan Iran beberapa waktu yang lalu.
Idil Syawfi melihat ada sejumlah keuntungan yang diperoleh Israel dari serangan Iran. Serangan Iran membuka mata dunia tentang posisi dukungan Iran terhadap Hamas. Ini memperjelas siapa yang sesungguhnya sedang diperangi oleh Israel dan negara-negara pendukungnya. Konflik dengan Iran membuat Israel mendapatkan kembali dukungan dari negara-negara aliansi Barat yang sempat melemah.
Keuntungan domestik juga diperoleh Israel. Serangan Iran mengukuhkan dukungan terhadap Netanyahu setelah belakangan ini warga Israel telah menyampaikan kritik tajam terhadap pemerintah Netanyahu yang gagal untuk segera menangkap pemimpin-pemimpin utama Hamas dan segera mengakhiri perang dengan Hamas, sementara korban sipil telah dilaporkan terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Terobosan untuk perdamaian kawasan?
Siapapun yang diuntungkan, dunia saat ini menunggu dengan was-was bagaimana Israel merespon serangan Iran. Amerika Serikat telah berupaya untuk menahan Israel supaya tidak melakukan serangan balasan dengan pertimbangan dampaknya akan jauh lebih fatal. Konflik Israel-Hamas akan meluas dan dampaknya akan semakin sulit untuk dikontrol.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa telah melakukan pertemuan darurat pada 14 April 2024 atau sehari setelah serangan Iran dilakukan. Namun seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya anggota-anggota tetap dan tidak tetap DK PBB sulit mengadopsi resolusi yang dapat menghentikan perang.
I Nyoman Sudira melihat konflik Arab-Israel yang terus berlarut-larut menjadi asal muasal memburuknya kondisi keamanan dan perdamaian di Timur Tengah. Diperlukan adanya terobosan yang dapat menjadi fondasi perdamaian di Timur Tengah, termasuk konstruksi menghilangkan imaginasi permusuhan satu sama lain, akomodasi terhadap human needs, komitmen kuat dan tulus dari negara, dan goodwill internasional dari siapapun yang terlibat dalam konflik.
Inisiatif untuk meletakan fondasi-fondasi tersebut dapat mengurangi pemicu konflik dan sekaligus membuka jalan perdamaian di Timur Tengah.
Sumber:
Anat Peled (2024) Israel’s Cost to Intercept Iranian Drones and Missiles Is Put at Over $550 Million https://www.wsj.com/livecoverage/israel-iran-strikes-live-coverage/card/israel-s-cost-of-intercepting-iranian-barrage-is-put-at-over-550-million-uamrOjZkoRBNGRfjWbD6
Alexandra Lukash (2024). The staggering cost of Israel’s defense against Iran’s missile attack: ‘4-5 billion shekels per night. https://www.ynetnews.com/article/h16o8qtea
Idil Syawfi (2024). Eskalasi Iran-Israel: Peningkatan Profil Iran; Kerugian Yang Sudah Terkalkulasi bagi Israel. https://pacis.unpar.ac.id/eskalasi-iran-israel-peningkatan-profil-iran-kerugian-yang-sudah-terkalkulasi-bagi-israel/
I Nyoman Sudira (2024. Serangan Iran ke Israel: Membaranya Perang dan Redupnya Perdamaian Timur Tengah. https://pacis.unpar.ac.id/serangan-iran-ke-israel-membaranya-perang-dan-redupnya-perdamaian-timur-tengah/

