Kematian Multilateralisme: Setelah AS Serang Iran, lalu Desak Gencatan Senjata Israel-Iran

Amerika Serikat tampaknya sedang mengambil keuntungan dari ketidakpastian global yang sedang berlangsung saat ini. Serangan tersebut membuktikan bahwa sistem bipolar internasional yang runtuh sejak Uni Soviet bubar di tahun 1991 belum menemukan bentuk penggantinya. AS saat ini menjadi satu-satunya kekuatan militer yang belum tertandingi oleh kekuatan baru yang ada. Ini ada ciri system unipolar di mana hanya ada satu kekuatan yang powernya melebihi negara-negara lain (superpower) dan karena power tersebut negara superpower dapat melakukan tindakan-tindakan unilateral.

Di tengah-tengah saling serang misil balistik antara Israel dan Iran, AS melakukan serangan ke pusat-pusat pengembangan nuklir di Iran. AS menginisiasi operasi yang dinamakan Midnight Hammer dengan melibatkan 125 pesawat militer AS dan menyasar tiga fasilitas nuklir Fordo, Natanz dan Isfahan di Iran. Serangan tersebut berhasil mencapai target pada Sabtu malam (21 Juni 2025) antara jam 22.40 dan 23.05 waktu Teheran dan Minggu dini hari, antara jam 02.40-03.05  waktu Teheran (BBC, 23 Juni 2025).

Pesawat pengebom yang meluncur dari Missouri, AS menempuh perjalanan selama 18 jam di udara. Tujuh B-2 Stealth bomber ditugaskan secara khusus untuk menjatuhkan bom di ketiga fasilitas nuklir Iran. Pada saat yang sama 24 cruise missile juga diluncurkan oleh kapal selam AS ke fasilitas nuklir di Isfahan. Secara total 75 senjata yang memiliki tingkat presisi tinggi dipakai dalam operasi tersebut.

Gambar 3 Fasilitas Nuklir yang diserang AS

Sumber: BBC, 23 Juni 2025.

Tindakan AS dilakukan tanpa adanya kekhawatiran serius terhadap adanya pihak ketiga yang akan membela Iran untuk melawan tindakan AS yang melanggar norma-norma internasional terkait kedaulatan negara tersebut.

Tindakan AS ini juga dipandang mengkhianati proses diplomasi yang sedang berlangsung antara AS dan Iran terkait kepemilikan fasilitas nuklir Iran. Muncul kecurigaan yang melihat bahwa AS secara sengaja memanfaatkan situasi ketidakpastian akibat konflik Israel-Iran untuk memangkas jalan pintas melumpuhkan kemampuan Iran dalam pengembangan nuklir, termasuk untuk tujuan damai.

Tujuan operasi AS jelas sejalan dengan salah satu tujuan serangan Israel ke Iran yang sering diumumkan oleh PM Benyamin Netanyahu melalui berbagai media. Israel secara gamblang menghendaki kelumpuhan kapabilitas Iran dalam pengembangan nuklirnya, selain kemampuan membangun misil balistik dan pergantian rejim Iran yang selama ini selalu anti Israel.

Serangan AS tersebut semakin melumpuhkan pilar-pilar multilateralisme global. Sejak kasus Rusia mengivasi Ukraina di bulan Februari 2025, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa tampak kesulitan untuk menyepakati resolusi terhadap negara yang melanggar prinsip kedaulatan negara. Majelis Umum PBB telah mengeluarkan resolusi PBB, namun faktanya resolusi PBB masih sangat lemah untuk melakukan mengamankan jalur bantuan kemanusiaan ataupun negosiasi di antara Rusia dan Ukraina.

PBB sebagai lembaga multilateral yang paling legitimate juga tampak lumpuh dalam merespon konflik Israel dan Hamas yang terjadi sejak Israel mengivasi Hamas di bulan Oktober 2023. DK PBB dan PBB mandul untuk menghasilkan kesepakatan yang betul-betul mengikat bagi pihak-pihak yang berkonflik untuk mengakhiri perang yang menewaskan lebih dari 50.000 dan melukai ratusan ribu orang di Gaza.

Norma-norma internasional tampaknya diacak-acak oleh AS dengan berbagai inisiatif yang tampak partisan. Pasca serangan AS ke 3 fasilitas nuklir Iran, AS menginisiasi gencatan senjata antara Israel dan Iran. Pada hari Senin sore waktu AS, 23 Juni 2025, Presiden Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran, dan mengharapkan supaya gencatan senjata tersebut bersifat permanen.

CNN memberitakan negosiasi yang telah berlangsung di mana Qatar menjadi broker untuk memediasi antara Israel dan Iran. Disampaikan bahwa Israel akan sepakat untuk gencatan senjata jika Iran menghentikan serangan misilnya ke Israel.   

Dalam konteks ini, tampaknya AS memang menghendaki kehancuran fasilitas nuklir harus dilakukan sebelum gencatan senjata dilakukan oleh Israel dan Iran. Atau, bisa jadi telah terjadi kesepakatan di balik layar antara AS dan Israel untuk memaksa Israel dan Iran segera melakukan gencatan senjata.

Penulis: YP Hermawan

Sumber: BBC, https://www.youtube.com/watch?v=a5QD6oBM8tg

Referensi:

BBC, “What we know about US strikes on three Iranian nuclear sites,” https://www.bbc.com/news/articles/cvg9r4q99g4o

CNN, “Trump says there is a ceasefire agreement between Israel and Iran,” https://edition.cnn.com/world/live-news/israel-iran-us-strikes-06-23-25-intl-hnk