Penulis: Ignaszio Nuansa Nararya
KSST atau Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular adalah kesepakatan antar negara berkembang untuk menghasilkan solusi bersama untuk pembangunan negara-negara tersebut. KSST menjadi platform bagi Indonesia untuk berbagi pengetahuan, sumber daya, dan keahlian teknis dengan negara-negara berkembang lainnya. Program ini sejalan dengan prinsip saling menguntungkan, solidaritas, dan penghormatan terhadap kedaulatan nasional.
Indonesia selama ini sudah aktif berpartisipasi dalam inisiatif pembangunan internasional dengan berbagai program-program KSST. Indonesia juga seringkali menjadi negara donor untuk partner-partner Global South lainnya. Indonesia tercatat memiliki alokasi dana sebesar 8 triliun yang dikelola oleh Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional (LDKPI) dan direncanakan untuk bertambah di tahun mendatang. Setiap tahun, LDKPI mendanai kegiatan kerjasama pembangunan internasional dengan dana lebih dari 300 milyar rupiah.
Program KSST Indonesia yang telah dijalankan pada tahun 2023 berfokus pada bantuan kesehatan dan kemanusiaan, seperti pemberian dana hibah untuk rekonstruksi fasilitas kesehatan seperti rumah sakit di Ukraina sebesar USD 5 juta melalui Ukraine Relief, Recovery, Reconstruction and Reform Trust Fund (URTF) yang dikoordinasikan oleh World Bank (LDKPI, 2023). Indonesia juga memberikan bantuan kemanusiaan untuk Palestina berupa alat kesehatan, obat-obatan, tenda, pakaian hangat, dan bahan makanan dengan total berat 72 ton dan dana hibah sebesar Rp 31,9 Miliar (Kementerian Keuangan, 2023). Selain untuk kesehatan dan kemanusiaan, Indonesia membentuk Jejaring Desa ASEAN sebagai wadah kerja sama desa-desa di negara anggota ASEAN untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat langsung dari pembangunan di kawasan (Kementerian Sekretariat Negara, 2023). Jejaring Desa ASEAN diharapkan membuka peluang bagi desa-desa untuk memanfaatkan kerja sama ASEAN, termasuk dengan sektor swasta.
Meskipun relevansi dan potensinya semakin berkembang, terdapat satu tantangan kritis yang menghambat efektivitasnya: kurangnya kurasi data yang kuat terkait dengan kegiatan KSST yang telah dilaksanakan oleh berbagai kementerian dan lembaga. Kekurangan ini membatasi kemampuan program KSST untuk mengevaluasi, mendokumentasikan, dan mengkomunikasikan dampaknya secara komprehensif.
Pentingnya Kurasi Data dalam Program KSST
Kurasi data mencakup proses pengumpulan, pengorganisasian, pemeliharaan, dan berbagi data untuk memastikan bahwa data tersebut akurat, dapat diakses, dan bermanfaat. Untuk inisiatif seperti KSST yang bergantung pada kemitraan dan pengalaman bersama, data menjadi tulang punggung untuk mengukur dampak, meningkatkan desain program, dan mendorong akuntabilitas.
Kurasi data memungkinkan beberapa hal berguna untuk keberhasilan sebuah program maupun efisiensi kerja sebuah lembaga pemerintahan dalam menjalankan KSST seperti:
Pengambilan Keputusan Berbasis Bukti: Data yang andal memungkinkan pembuat kebijakan merancang inisiatif atau program kerjasama yang secara efektif merespons kebutuhan negara mitra.
Pemantauan dan Evaluasi: Dengan kurasi data yang sistematis, para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan dapat menilai keberhasilan dan area yang perlu ditingkatkan dalam program KSST.
Transparansi dan Akuntabilitas: Data yang komprehensif meningkatkan kepercayaan di antara pemangku kepentingan dengan memberikan wawasan yang jelas tentang alokasi sumber daya dan hasil.
Berbagi Pengetahuan: Pengalaman yang terdokumentasi dan praktik terbaik sangat penting untuk memperluas inisiatif yang berhasil di berbagai negara.
Meskipun manfaat ini sangat penting, program KSST Indonesia menghadapi tantangan dalam pengelolaan data yang kuat serta beberapa situs lembaga pemerintahan yang masih minim dalam hal kurasi data, yang mempengaruhi kemampuannya untuk memaksimalkan potensi program KSST (Renstra Kemlu 2020-2024).
Implikasi lemahnya kurasi data kegiatan KSST
Ada beberapa implikasi yang dapat terjadi jika data yang tersedia tidak lengkap karena kurangnya kurasi data, di antaranya yaitu:
Alokasi Sumber Daya yang Tidak Efisien
Tanpa data yang dapat diandalkan, sulit untuk mengidentifikasi area prioritas kerja sama, sehingga menyebabkan inefisiensi. Tanpa kurasi data, program mungkin gagal menangani kebutuhan paling mendesak dari negara mitra atau mengalokasikan sumber daya secara optimal.
Terbatasnya Pemantauan dan Evaluasi (M&E)
Inisiatif KSST Indonesia sering kali tidak memiliki mekanisme sistematis untuk melacak hasil dan mengukur dampaknya dalam jangka panjang. Tanpa data yang konsisten, sulit untuk menilai apakah tujuan tercapai atau apakah penyesuaian diperlukan.
Berkurangnya Kredibilitas di Arena Global
Sebagai negara berpenghasilan menengah yang sedang naik daun dan pemimpin regional, kredibilitas Indonesia bergantung pada kemampuannya untuk menunjukkan hasil nyata dari program KSST-nya. Kurangnya kurasi data melemahkan kemampuan negara untuk menyajikan bukti yang meyakinkan tentang kontribusinya terhadap pembangunan global.
Terganggunya Kolaborasi dengan Mitra Internasional
Kerja sama triangular sering kali melibatkan kolaborasi dengan organisasi internasional dan negara donor. Pengelolaan data yang buruk dapat menghalangi calon mitra yang mengandalkan dokumentasi yang transparan dan sistematis untuk inisiatif bersama.
Penyebab Kurangnya Kurasi Data
Terdapat beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab kurangnya kurasi data KSST yang meliputi:
Fragmentasi Institusional
Program KSST Indonesia melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Luar Negeri, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan kementerian terkait lainnya. Fragmentasi institusional dapat menyebabkan inkonsistensi dalam praktik pengumpulan dan penyimpanan data (CLIR, 2013).
Keterbatasan Kapasitas Teknis
Banyak lembaga pemerintah dan mitra pelaksana kekurangan keahlian teknis dan sumber daya yang diperlukan untuk kurasi data yang efektif. Ini mencakup pengetahuan tentang alat manajemen data modern, metodologi, dan praktik terbaik.
Tidak Adanya Kerangka Kerja yang Terstandar
Tidak ada kerangka kerja yang terstandar untuk pengumpulan, penyimpanan, dan pelaporan data terkait program KSST. Hal ini menghasilkan kumpulan data yang terfragmentasi dan tidak konsisten, yang sulit untuk digabungkan atau dianalisis.
Anggaran yang Tidak Memadai
Kurasi data sering kali dianggap sebagai prioritas sekunder dibandingkan dengan implementasi program. Keterbatasan pendanaan untuk infrastruktur manajemen data dan pelatihan memperburuk masalah ini.
Hambatan Budaya dan Institusional
Kurangnya kesadaran tentang pentingnya pengambilan keputusan berbasis data di beberapa lembaga turut berkontribusi terhadap masalah ini. Pengelolaan data mungkin kurang dihargai atau bahkan tidak disadari pentingnya, yang menyebabkan praktik pengambilan data yang tidak konsisten (Tibor, 2019).
Ignaszio Nuansa Nararya adalah mahasiswa Hubungan Internasional yang sedang melakukan penelitian tentang kinerja Indonesia dalam Kerjasama Pembangunan Internasional.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah yang melaksanakan program-program KSST untuk meningkatkan kemampuannya terhadap kurasi data. Rekomendasi tersebut yaitu:
Mengembangkan Sistem Manajemen Data Terpusat
Indonesia harus membangun platform terpusat untuk pengumpulan, penyimpanan, dan analisis data KSST. Sistem ini harus memungkinkan pemangku kepentingan mengakses informasi secara real-time mengenai kemajuan proyek, hasil, dan alokasi sumber daya.
Mengadopsi Kerangka Data yang Terstandar
Pemerintah harus mengembangkan dan menerapkan kerangka kerja yang terstandar untuk pengumpulan dan pelaporan data. Ini mencakup pedoman yang jelas tentang data apa yang harus dikumpulkan, bagaimana mengumpulkannya, dan cara melaporkannya.
Berinvestasi dalam Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas dapat berupa pelatihan kepada pejabat pemerintah, mitra pelaksana, dan pemangku kepentingan lainnya. Pengembangan kapasitas dapat juga berfokus pada pelatihan penggunaan alat manajemen data, metode analitik data, dan pengetahuan atas pentingnya pengambilan keputusan berbasis analisis data.
Meningkatkan Alokasi Anggaran untuk Kurasi Data
Pemerintah harus mengalokasikan dana khusus untuk kegiatan kurasi data, termasuk pengembangan infrastruktur, pengadaan alat modern, dan perekrutan spesialis data.
Memperkuat Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi
Kerangka kerja Monitoring dan Evaluasi (M&E) yang efektif harus diintegrasikan ke dalam semua program KSST. Ini mencakup penetapan indikator keberhasilan yang jelas dan memastikan bahwa pengumpulan data adalah proses berkelanjutan sepanjang siklus program KSST.
Meningkatkan Kolaborasi Internasional dalam Manajemen Data
Indonesia dapat bekerja sama dengan organisasi internasional yang berpengalaman dalam kurasi data untuk mengadopsi praktik terbaik dan teknologi inovatif terkait kurasi data. Kemitraan semacam itu juga dapat memberikan akses pada pendanaan dan keahlian teknis.
Mendorong Budaya Berbasis Data
Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya data di antara para pemangku kepentingan dapat membantu menciptakan budaya yang menghargai pengambilan keputusan berbasis bukti berupa analisis data.
Kurangnya kurasi data yang kuat dalam program KSST Indonesia adalah hambatan signifikan terhadap efektivitas, kredibilitas, dan dampak jangka panjangnya.
Mengatasi masalah ini membutuhkan upaya terpadu antara lembaga pemerintahan pelaksana program KSST untuk mengembangkan sistem terpusat, mengadopsi kerangka kerja yang terstandar, dan berinvestasi dalam pengembangan kapasitas pengumpulan data KSST, tidak hanya sekedar laporan kegiatan KSST. Dengan kebijakan dan sumber daya yang tepat, Indonesia dapat memposisikan dirinya sebagai pemimpin global dalam KSST, memanfaatkan data untuk meningkatkan kolaborasi, akuntabilitas, dan hasil pembangunan.
Dengan memprioritaskan kurasi data, Indonesia tidak hanya akan meningkatkan program KSST-nya tetapi juga memperkuat perannya sebagai pemain kunci dalam inisiatif pembangunan global.
Ignaszio Nuansa Nararya adalah mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional yang sedang melakukan riset tentang Kinerja Kerjasama Pembangunan Internasional Indonesia.
Referensi:
Indonesia lepas bantuan kemanusiaan tahap kedua Untuk Palestina. Diakses November 10, 2024. https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Bantuan-Kemanusiaan-Tahap-Kedua.
Realisasi Hibah LDKPI. Diakses November 10, 2024. https://ldkpi.kemenkeu.go.id/page/realisasi-hibah.
Negara, Kementerian Sekretariat. “Indonesia Bangun Jejaring DESA ASEAN Untuk Dukung Pembangunan Kawasan.” Sekretariat Negara. Diakses November 12, 2024. https://www.setneg.go.id/baca/index/indonesia_bangun_jejaring_desa_asean_untuk_dukung_pembangunan_kawasan.
Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri 2020-2024. Diakses October 24, 2024. https://e-ppid.kemlu.go.id/storage/619/Renstra-Kemlu-2020-2024.pdf.
“The Problem of Data: Data Management and Curation Practices among University Researchers • Clir.” CLIR, Agustus, 2012. https://www.clir.org/pubs/reports/pub154/problem-of-data/.
Johnston, Lisa R, Jacob Carlson, Cynthia Hudson-Vitale, Heidi Imker, Wendy Kozlowski, Robert Olendorf, and Claire Stewart. “How Important Is Data Curation? Gaps and Opportunities for Academic Libraries.” Journal of Librarianship and Scholarly Communication 6, no. 1 (April 26, 2018). https://doi.org/10.7710/2162-3309.2198.
Koltay, Tibor. “Data Curation in Academic Libraries as Part of the Digital Revolution.” Zagadnienia Informacji Naukowej – Studia Informacyjne 57, no. 1A (113A) (September 23, 2019): 28–36. https://doi.org/10.36702/zin.12.

