Memaksimalkan Potensi Perdagangan Indonesia di Kawasan Afrika dan Pasifik

Penulis: Vincent BMN Timor, Peneliti Muda PACIS

Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (ASPASAF) merupakan kawasan terbesar bagi Indonesia dalam melakukan hubungan dagang dengan negara-negara lainnya. Kawasan ini menyumbang setidaknya 80% dari total perdagangan yang dilakukan Indonesia secara global. Adapun jumlah rincian perdagangan di kawasan tersebut senilai 426 miliar USD dari 529 miliar USD total perdagangan global Indonesia di tahun 2022 dan 389 miliar USD dari 480 miliar USD total perdagangan global Indonesia di tahun 2023. Jumlah ini menunjukkan betapa pentingnya kawasan ASPASAF bagi berlangsungnya perekonomian Indonesia (Kemenlu, 2024).

Laporan Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa terdapat 5 negara mitra ekspor terbesar bagi Indonesia yaitu Cina, Jepang, India, Malaysia dan Singapura (BPS, 2024). Lima negara yang menjadi mitra ekspor terbesar bagi Indonesia merupakan negara-negara Asia (WITS, 2022).

Dibandingkan dengan negara-negara di benua Asia, kinerja perdagangan Indonesia dengan negara-negara di benua Afrika dan Pasifik masih kurang. Menurut data dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyebutkan bahwa rata-rata perdagangan Indonesia dengan negara-negara benua Afrika dan Pasifik hanya bernilai rata-rata 13 juta USD atau setara dengan 2,7% total perdagangan global Indonesia (Kemenlu, 2024).

Komoditas Unggulan Indonesia di Pasar Asia

Menurut data dari Analisis Komoditas Ekspor 2019-2023 terdapat 5 komoditas ekspor unggulan Indonesia dalam pasar Asia. Adapun komoditas tersebut antara lain kelapa sawit, batu bara, udang dibekukan, kopi, besi/baja (BPS, 2024).

Industri pengolahan menyumbang sekitar 76% ekspor non-migas Indonesia di tahun 2023. Komoditas kelapa sawit sendiri berkontribusi sekitar 64% terhadap industri pengolahan. India mencatatkan nilai ekspor kelapa sawit sebesar 5,3 miliar USD di tahun 2022; jumlah ini menurun menjadi 4,5 miliar di tahun 2023. Di posisi kedua ada Cina yang mencapai nilai sebesar 4,5 miliar USD di tahun 2022 dan 4,6 miliar USD di tahun 2023.

Besi dan Baja merupakan salah satu komoditas yang mencatatkan nilai tertinggi di bidang industri logam dasar dengan total sebesar 14,6 miliar US Dollar di tahun 2022. Dalam hal ini Cina menjadi mitra ekspor terbesar bagi Indonesia dengan nilai sebesar 5,7 miliar USD di tahun 2022 dan 3,3 miliar USD di tahun 2023.

Kopi tercatat sebagai komoditas ekspor utama di bidang perkebunan dengan nilai pemasukan yang besar bagi Indonesia. Amerika Serikat menjadi negara importir dengan nilai terbesar terhadap kopi Indonesia dengan nilai sebesar 268 juta USD di tahun 2022. Beberapa negara Asia juga menjadi negara pengimpor kopi Indonesia seperti Jepang sebesar 59 juta USD, Malaysia 53 juta USD dan India 71 juta USD di tahun yang sama.

Dalam bidang industri pengolahan makanan, komoditas udang dibekukan menjadi yang terbesar kedua setelah kelapa sawit. Jepang merupakan negara pengimpor udang dibekukan terbesar kedua setelah Amerika Serikat dengan nilai sebesar 290 juta USD di tahun 2022 dan 235 juta USD di tahun 2023.

Batu bara merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia dimana komoditas ini mencatatkan nilai 46,7 miliar USD di tahun 2022. India menjadi negara importir batubara terbesar bagi Indonesia dimana pada tahun 2022 dengan volume sebesar 10,5 miliar USD dan 7 miliar USD di tahun 2023. Ekspor komoditas ini didominasi negara-negara Asia lainnya seperti Cina, Jepang, dan Malaysia.

Tantangan di Afrika dan Pasifik

Dalam data yang dikeluarkan Asia Regional Integration Center hingga tahun 2023 Indonesia sudah melakukan serta meratifikasi perjanjian dagang sebanyak 27 perjanjian. Sebagian besar perjanjian tersebut melibatkan Indonesia dengan negara-negara Asia seperti Jepang (IJEPA/Indonesian-Japan Economic Partnersip agreement), Uni Emirat Arab (IUEA-CEPA/Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement), dan Korea Selatan (Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement) (ARIC, 2023).

Perjanjian dagang Indonesia belum mampu menarik lebih banyak target dari negara- negara benua Afrika dan Pasifik. Hal ini dikarenakan hanya satu negara yang berhasil tercapai kesepakatan dagang dalam bentuk PTA (Preferential Trade Agreement) maupun CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) secara bilateral. Sebagai contoh, satu-satunya negara yang berhasil tercapai perjanjian dagang dalam bentuk PTA di benua Afrika dengan Indonesia adalah Mozambik pada tahun 2019. Sementara itu, di benua Pasifik hanya Australia dalam IA-CEPA (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement).

“Perjanjian dagang Indonesia belum mampu menarik lebih banyak target dari negara-negara benua Afrika dan Pasifik…… dikarenakan masih sedikitinya negara yang berhasil mencapai kesepakatan dagang dalam bentuk PTA maupun CEPA.”

Kehadiran (Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Indonesia di kawasan Afrika dan Pasifik masih minim bila dibandingkan dengan kawasan Asia. Terdapat dua kantor ITPC Indonesia yang terdapat di benua Afrika yaitu Nigeria dan Afrika Selatan. Di sisi lain, kantor ITPC Indonesia di Australia merupakan satu-satunya yang ada di kawasan Pasifik (Kemendag, 2024). Indonesia juga sempat melakukan kerja sama ekonomi multilateral dalam Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) pada tahun 2005. Namun usaha ini dinilai gagal karena adanya konflik kepentingan antara Indonesia dan juga Afrika Selatan dimana Indonesia lebih memfokuskan pada isu Palestina sementara Afrika Selatan memfokuskan pada urusan ekonomi dan perdagangan (Saputra, 2024). Sejak saat itu, Indonesia lebih memilih melakukan perdagangan secara bilateral dengan negara-negara lainnya.

Apa yang bisa dilakukan oleh Indonesia?

Pembentukan ITPC dapat menjadi alternatif strategi yang dilakukan Indonesia untuk meningkatkan perdagangannya dengan negara-negara di Afrika dan Pasifik. Minimnya kehadiran kantor promosi seperti ITPC di kawasan Afrika dan Pasifik menjadi salah satu alasan mengapa produk-produk Indonesia kurang dikenal pada dua benua tersebut. Di benua Afrika, negara Mozambik memiliki potensi untuk didirikan kantor ITPC Indonesia mengingat di tahun 2019 Indonesia telah melakukan PTA dengan Mozambik. Di kawasan Pasifik, Indonesia dapat membuka kantor ITPC di Selandia baru mengingat Indonesia bersama dengan Australia dan Selandia Baru pernah terikat dalam AANZFTA (ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement).

“Pembukaan ITPC di negara-negara Afrika dan Pasifik perlu diupayakan untuk memperkenalkan produk-produk Indonesia”

Indonesia juga perlu mengupayakan perjanjian regional dengan negara-negara pendukung di kawasan. Pengaruh Indonesia di benua Afrika dan Pasifik masih tertinggal dengan Cina, Jepang dan India. Oleh karena itu, keterlibatan Indonesia dalam forum kerja sama regional dengan negara-negara tersebut juga akan membantu memperluas jaringan dagang di Indonesia pada kawasan Afrika dan Pasifik.

“Indonesia perlu mengupayakan perjanjian regional dengan negara-negara di kawasan Afrika dan Pasifik.”

Kebanyakan komoditas impor yang dilakukan oleh negara-negara Afrika dan Pasifik berupa alat elektronik, mesin, dan tekstil. Negara-negara seperti Jepang dan Cina yang memiliki basis industri pada komoditas tersebut tentu memiliki keuntungan yang besar. Hal yang bisa dilakukan oleh Indonesia adalah dengan melakukan diversifikasi ekspor. Keunggulan Indonesia di sektor industri pengolahan seperti kopi, kelapa sawit dan udang memiliki nilai tambah bagi Indonesia dalam melakukan perdagangan dengan negara-negara di Afrika maupun Pasifik.

Menarik juga untuk dilihat bagaimana kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dalam melihat peluang Indonesia di dua kawasan tersebut. Sebelum dilantik menjadi presiden, Prabowo Subianto juga menyebut soal kebijakan bertetangga yang baik (Good Neighbor Policy). Harapannya melalui kebijakan tersebut Indonesia dapat memaksimalkan potensinya di kawasan Afrika dan Pasifik.

Vincent Brook Mahde Novena Timor adalah mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan. Saat ini sedang melakukan Proyek Riset tentang Kinerja Diplomasi Ekonomi Indonesia di Kawasan Asia, Pasifik dan Afrika.

Referensi

ARIC. (2024). Free Trade Agreements. Asia Regional Integration Centre. https://aric.adb.org/fta

BPS. (2024a). Analisis Komoditas Ekspor, 2019–2023, Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Industri Pengolahan; dan Sektor Pertambangan dan Lainnya [Katalog].

BPS. (2024b, Mei 15). Neraca Perdagangan beberapa Negara—Tabel Statistik— Badan Pusat Statistik Indonesia. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MzM2IzI=/neraca-perdagangan-beberapa-negara.html

Kemendag. (2024). Pejabat Atase Perdagangan dan ITPC – Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. https://www.kemendag.go.id/atase-itpc

Kemenlu. (2024). Buletin Perdagangan Internasional Indonesia Kawasan ASPASAF (Asia Pasifik dan Afrika)

Saputra, A. D. (2024, Agustus 31). Indonesia’s Africa Outreach: Principle orIndonesia’s Africa Outreach: Principle or

Pragmatism? – The Diplomat. https://thediplomat.com/2024/08/indonesias-africa-outreach-principle-or-pragmatism/

WITS. (2022). Indonesia Trade | WITS Data. World Integrated Trade Solution.https://wits.worldbank.org/countrysnapshot/en/IDN