Fauzan Maulana Yusuf
Citra positif Indonesia merupakan pandangan positif yang diyakini dan dipercayai oleh aktor lain terhadap Indonesia yang didasarkan kepada pola perilaku yang ditunjukkan Indonesia dalam pergaulan internasional. Peningkatan citra positif menjadi salah satu tujuan utama dari kegiatan diplomasi yang diselenggarakan oleh negara-negara di dunia. Dengan terbentuknya citra positif akan meningkatkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia, maka dari itu citra positif dapat berkontribusi dalam pencapaian kepentingan nasional Indonesia dalam percaturan dunia. Kedatangan wisatawan mancanegara merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan citra positif suatu negara, selain masuknya investasi asing dan dukungan negara-negara pada negara tersebut dalam forum-forum internasional.
Laporan kinerja Kementerian Luar Negeri (2024) menunjukkan keberhasilan diplomasi Indonesia untuk terus meningkatkan citra positifnya di luar negeri. KInerja ini ditandai dengan peningkatan angka kedatangan wisatawan mancanegara yang terus mengalami peningkatan pasca Pandemi COVID-19, yaitu sebesar 251,28% pada tahun 2022 (pasca COVID-19), 98,30% pada tahun 2023 dan 23,78% (Jan – Mei) pada tahun 2024. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2024).
Survei dan pemantauan pemberitaan positif yang dilakukan oleh Direktorat Informasi dan Media juga menunjukkan hasil kinerja yang baik dengan indeks 4,07 dari target 3,95 (skala 5) atau memiliki capaian IKU sebesar 103,04% dengan kategori indeks BAIK (Laporan Kinerja Direktorat Informasi dan Media, 2023).
Pada tahun 2023, realisasi IKU persentase pemberitaan positif media massa internasional adalah 94,15% dari target 86% (Laporan Kinerja Direktorat Informasi dan Media, 2023). Terdapat 7.167 pemberitaan yang dipantau sepanjang tahun 2023 pada media massa internasional dan 6.748 dari 7.167 pemberitaan yang memiliki sentimen berita yang positif ataupun netral. Dengan begitu pemberitaan positif tentang Indonesia di media massa internasional terlihat positif.
Tantangan Peningkatan Citra Positif di Luar Negeri
Mempertahankan citra tentu memiliki tantangan yang tidak mudah, mengingat kompleksitas Indonesia sebagai negara yang memiliki keberagaman etnis, agama dan budaya yang seringkali dapat memunculkan konflik. Cara negara menangani konflik di dalam negeri dapat menjadi sorotan masyarakat internasional.
Stigma dan stereotip merupakan sebuah pandangan atau label buruk yang melekat terhadap kelompok atau individu tertentu. Dengan apa yang ditampilkan di luar sana tentang Indonesia bisa mempengaruhi stigma dan stereotip internasional terhadap Indonesia.
Isu Papua merupakan salah satu masalah domestik yang telah mempengaruhi citra Indonesia di luar negeri. Banyak media asing menyoroti bagaimana Indonesia telah menangani isu tersebut dengan menyoroti masalah-masalah yang kompleks dan sensitif seperti hak asasi manusia, identitas etnis dan budaya.
Cara media massa menampilkan berita dan opini terkait dengan isu tersebut telah menciptakan cara pandang tersendiri di kalangan pembaca atau pemirsanya.
Salah satu opini yang dapat membentuk citra negatif Indonesia misalnya ditulis oleh Hipolitus Wangge dengan judul tulisan Why Indonesia fails to address the West Papua conflict dan catatan penting di bawah judul: “The country’s government has focused on containing, rather than resolving, a crisis with roots in a dubious referendum.”

Sumber: Al-Jazeera, https://www.aljazeera.com/opinions/2023/3/14/why-indonesia-is-losing-the-west-papua-conflict
Pemberitaan lain yang dapat berpengaruh terhadap citra Indonesia di mata masyarakat internasional tentang Papua dimuat dalam website Human Rights Watch. Dengan melihat judul berita yang dipubliskan tanggal 18 September 2024, pembaca akan menangkap kesan bahwa Indonesia telah melakukan rasisme dan diskriminasi terhadap penduduk asli Papua.

Sumber: https://www.hrw.org/news/2024/09/18/indonesia-racism-discrimination-against-indigenous-papuans
Amnesty International juga mempublikasikan laporannya yang dapat membentuk opini negatif tentang Indonesia di luar negeri.

Selain isu tentang pelanggaran HAM, isu lain yang seringkali menimbulkan citra negatif tentang Indonesia adalah “kegagalan Indonesia dalam mengatasi deforestasi.”
Apa yang dipublikasikan media massa internasional dan NGOs internasional dengan jangkauan pembaca yang sangat luas dapat berpengaruh pada munculnya stigma dan stereotip karena kecenderungan mereka menonjolkan peristiwa-peristiwa buruk tentang Indonesia. Misalnya publikasi yang dimuat di: https://www.globalforestwatch.org/dashboards/country/IDN/?lang=en yang menampilkan data-data statistik tentang pembukaan hutan di Indonesia; dan di https://fwi.or.id/en/the-fate-of-indonesia-forest-on-the-brink-of-collapse/ dengan judul berita: “THE FATE OF INDONESIA FOREST ON THE BRINK OF COLLAPSE”
Tugas diplomasi menjadi tidak mudah, yaitu bagaimana Indonesia dapat menonjolkan apa yang sudah dicapai dan mengurangi stigma dan stereotip terkait Indonesia. Indonesia perlu secara proaktif mempublikasikan upaya-upaya serius dalam membangun Papua supaya masyarakat internasional dapat memiliki informasi yang beriimbang sehingga dapat menilai Indonesia dengan perspektif yang lebih positif. Merespon isu deforestasi, Indonesia perlu mempublikasikan berita-berita terkait upaya serius Indonesia dalam mempertahankan hutannya dan upaya-upaya lain yang terkait.
Strategi Mempertahankan Citra Positif
Di tengah maraknya berita negatif tentang Indonesia, Indonesia perlu lebih memperlihatkan dunia internasional tentang realitas Indonesia yang lebih kompleks dan positif melalui sarana dan prasarana yang ada, seperti perwakilan Indonesia di luar negeri ataupun forum-forum multilateral yang diikuti oleh Indonesia. Memperlihatkan nilai-nilai Pancasila dan pluralisme dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi salah satu strategi diplomasi publik yang dapat menunjukkan Indonesia sebagai negara yang mengutamakan toleransi, inklusivitas dan keharmonisan meski memiliki banyak perbedaan.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan keseimbangan pandangan tentang Indonesia meliputi:
- Reshaping the media
Indonesia perlu membangun hubungan dengan media internasional terkait pemberitaan cerita positif tentang Indonesia dan mengatasi mispersepsi yang muncul karena dominasi berita negatif tentang kegagalan pemerintah Indonesia mengatasi masalah-masalah domestik. Ini misalnya dapat dilakukan dengan mengundang wartawan internasional untuk meliput perkembangan dan mempromosikan keberhasilan dalam sektor-sektor seperti pariwisata, ekonomi digital dan pencapaian sosial.
Termasuk di dalam kerjasama tersebut adalah publikasi luas tentang Program “10 Bali Baru” yang memasukan lima destinasi super prioritas; Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang. Hal tersebut juga dapat meningkatkan ekowisata dan budaya lokal yang mendukung pelestarian alam dan ekonomi masyarakat setempat. Semakin besar promosi yang bisa dilakukan maka semakin besar juga kemungkinan meningkatnya wisatawan dan pandangan positif yang dilihat oleh negara lain.
Hal lain yang dapat ditonjolkan adalah keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan ekonomi digital dalam beberapa tahun terakhir. Karena keberhasilan tersebut, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin ekonomi digital di Asia Tenggara. Populasi Indonesia yang besar, tingkat penetrasi internet yang meningkat dan adopsi teknologi yang semakin luas menjadi modalitas Indonesia. E-commerce yang menjadi sektor dengan pertumbuhan paling cepat dalam ekonomi digital Indonesia merupakan modalitas penting. Platform seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee dan Lazada telah berhasil menarik jutaan konsumen pedagang di seluruh negeri. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi pasar terbesar untuk E-commerce di Asia Tenggara dan berdampak pada PDB yang terus meningkat.
Keberhasilan Indonesia mengatasi isu-Isu sosial seperti kemiskinan dapat menjadi modalitas untuk mengangkat citra Indonesia di luar negeri. Ini misalnya termasuk upaya-upaya serius Indonesia mengatasi isu kemiskinan di Papua.
- Peran aktif dalam menangani isu global
Diplomasi publik yang dikembangkan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mengurangi stigma dan stereotip negatif tentang Indonesia. Indonesia dapat lebih menonjolkan perannya dalam isu global seperti perubahan iklim dan perdamaian dunia.
Peran Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan kontribusi aktifnya di PBB dan G20 memperlihatkan keaktifan dan keseriusan Indonesia dalam menangani isu global.
Kegiatan terkait masalah yang dialami dunia saat ini butuh partisipasi dari seluruh negara, termasuk negara maju dan berkembang. Jika Indonesia dapat memainkan perannya dalam menangani isu global ini, Indonesia sebagai negara berkembang akan semakin dipandang dalam dunia internasional.
Kesempatan ini dapat digunakan untuk melakukan kerjasama pembangunan internasional dengan membantu negara-negara berkembang lain. Negara-negara berkembang lain melihat bahwa Indonesia memiliki potensi menjadi mitra penting dalam pembangunan internasional.
- Kolaborasi dengan aktivis internasional
Melibatkan aktivis internasional seperti Greta Thunberg dalam menangani isu perubahan iklim dan lingkungan dapat membantu peningkatan citra Indonesia di mata masyarakat internasional. Greta Thunberg memiliki pengaruh yang besar terkait isu ini. Usianya yang baru 21 tahun dapat menjangkau target audiens yang sangat luas. Sosial medianya memiliki banyak pengikut dan berpengaruh besar dalam membentuk opini masyarakat terkait peran negara dalam menangani isu global.
Kerja sama yang dilakukan dapat berbentuk promosi dalam menjaga lingkungan seperti transisi ke energi terbarukan atau penghijauan. Dengan strategi ini akan fokus pada propaganda bahwa Indonesia menjadi negara yang juga turut bekerja sama dalam melawan perubahan iklim termasuk dengan menahan laju deforestasi. Berita-berita tentang upaya Indonesia mengatasi deforestasi akan mengangkat citra positif Indonesia terkait dengan komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim.
- Memaksimalkan penggunaan teknologi dan media sosial
Dengan media sosial dan teknologi seperti sekarang, banyak juga platform yang mudah digunakan untuk melakukan branding. Seperti tiktok yang sangat mudah dipakai untuk melakukan branding dengan konten-konten modern dan menarik yang berhubungan dengan target audiensnya.
Kementerian Luar Negeri Indonesia perlu terus mengoptimalkan upaya membangun branding melalui platform yang sedang ramai pengguna seperti TikTok akan sangat membantu. Banyak orang dapat melihat konten yang berisikan promosi tentang Indonesia, apalagi jika konten tersebut menjadi trending di media sosial.
Mempertahankan citra positif memang tidak mudah di era digital saat ini. Berita buruk dari salah satu wilayah Indonesia dengan mudah dapat menyebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat. Dibutuhkan kesigapan dari para pelaku diplomasi Indonesia untuk merespon berita-berita buruk tersebut supaya tetap terpelihara cara pandang yang positif tentang Indonesia di mata masyarakat internasional.
Referensi
Amnesty International. “Everything You Need to Know about Human Rights in Indonesia 2020 | Amnesty International.” Amnesty International, 2020. https://www.amnesty.org/en/location/asia-and-the-pacific/south-east-asia-and-the-pacific/indonesia/report-indonesia/.
Badan Pusat Statistik Indonesia. “Jumlah Kunjungan Wisman Ke Indonesia Pada Desember 2022 Mencapai 895,12 Ribu Kunjungan Dan Jumlah Penumpang Angkutan Udara Internasional Pada Desember 2022 Naik 14,87 Persen.” Bps.go.id. Badan Pusat Statistik Indonesia, 2022. https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/02/01/1974/jumlah-kunjungan-wisman-ke-indonesia-pada-desember-2022-mencapai-895-12-ribu-kunjungan-dan-jumlah-penumpang-angkutan-udara-internasional-pada-desember-2022-naik-14-87-persen.html.
———. “Kunjungan Wisatawan Mancanegara Pada Desember 2023 Mencapai 1,14 Juta Kunjungan, Naik 20,17 Persen (Year-On-Year).” www.bps.go.id, February 1, 2024. https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2024/02/01/2347/kunjungan-wisatawan-mancanegara-pada-desember-2023-mencapai-1-14-juta-kunjungan–naik-20-17-persen–year-on-year–.html.
———. “Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2023.” www.bps.go.id, July 17, 2023. https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/07/17/2016/profil-kemiskinan-di-indonesia-maret-2023.html.
CNN Indonesia. “Mengingat Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas Era Jokowi.” gaya hidup. cnnindonesia.com, October 19, 2024. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20241017164824-269-1156532/mengingat-lima-destinasi-pariwisata-super-prioritas-era-jokowi.
Direktorat Informasi dan Media. “Laporan Kinerja Direktorat Informasi Dan Media 2023,” n.d.
Human Rights Watch. “Indonesia: Racism, Discrimination against Indigenous Papuans.” Human Rights Watch, September 19, 2024. https://www.hrw.org/news/2024/09/18/indonesia-racism-discrimination-against-indigenous-papuans.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. “Mengenal 10 Destinasi Prioritas Pariwisata Indonesia.” Kemenparekraf.go.id. Kemenparekraf/Baparekraf RI, 2024. https://kemenparekraf.go.id/rumah-difabel/Mengenal-10-Destinasi-Prioritas-Pariwisata-Indonesia.
Milko, Victoria. “Deforestation in Indonesia Spiked Last Year, but Resources Analyst Sees Better Overall Trend.” AP News, April 29, 2024. https://apnews.com/article/indonesia-climate-deforestation-palm-oil-nickel-48a4503e383a52e4dbbee81209c87887.
NICFI. “Deforestation Still at a Record Low in Indonesia – Norway’s International Climate and Forest Initiative.” Norway’s International Climate and Forest Initiative, June 27, 2023. https://www.nicfi.no/2023/06/27/deforestation-still-at-a-record-low-in-indonesia/.
Wangge, Hipolitus. “Why Indonesia Fails to Address the West Papua Conflict.” www.aljazeera.com, March 14, 2023. https://www.aljazeera.com/opinions/2023/3/14/why-indonesia-is-losing-the-west-papua-conflict.
World Bank. “Overview.” World Bank, October 31, 2023. https://www.worldbank.org/in/country/indonesia/overview.