Pada 1 Desember 2024, Afrika Selatan resmi memangku tanggungjawab sebagai pemegang peran Keketuaan G20 di sepanjang tahun 2025, menggantikan Brasil yang telah menduduki posisi tersebut sejak 1 Desember 2023. Banyak harapan muncul dari keketuaan Afrika Selatan, namun kekhawatiran terhadap efektivitas G20 juga muncul di antara pemimpin-pemimpin dunia.
Kepentingan Global South dalam G20
Afrika Selatan telah menetapkan tema utama agenda G20 di tahun 2025, yaitu “Fostering Solidarity, Equality, and Sustainable Development” dengan tujuan utama untuk mengatasi tantangan-tantangan global yang dihadapi masyarakat internasional terkini, khususnya terkait pembangunan Afrika. Perubahan iklim, ketahanan pangan, krisis energi dan hutang luar negeri merupakan tantangan-tantangan berat yang telah berdampak pada pembangunan Afrika.
Fokus utama dari Presidensi Afrika Selatan mencakup penanganan masalah kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan dengan prioritas pada pembangunan Afrika yang sejalan dengan “Agenda 2063 The Africa We Want” yang telah dicanangkan Uni Afrika.
Afrika Selatan secara khusus memberikan perhatian pada agenda pembangunan infrastruktur dan reformasi tata kelola global yang telah menjadi perhatian pemimpin-pemimpin G20 sejak KTT G20 diselenggarakan di Amerika Serikat di tahun 2008.
Keketuaan Afrika Selatan memiliki peran penting dengan sejumlah alasan.
Pertama, keketuaan Afrika Selatan akan menandai pertama kalinya KTT G20 akan diselenggarakan di benua Afrika, setelah KTT G20 diselenggarakan di Amerika Utara, Eropa, Asia dan Amerika Selatan.
Kedua, Afrika Selatan merupakan negara terakhir dalam putaran penyelenggaraan KTT G20 sejak G20 menggelar KTT pertama di Washington DC pada 2008. Setelah Afrika Selatan, Amerika Serikat akan kembali menjadi keketuaan G20 di tahun 2026.
Ketiga, Afrika Selatan merupakan negara keempat yang mewakili Global South sejak Indonesia menjadi ketua G20 di 2022, yang dilanjutkan India di 2023, dan Brasil di 2024. Kepentingan negara-negara Selatan telah menjadi perhatian sejak Korea menjadi ketua G20 di tahun 2010. Terutama sejak Presidensi Indonesia yang mengklaim diri sebagai pembela kepentingan negara-negara berkembang, Global South telah menjadi agenda penting dalam G20. Penyelenggaraan G20 di 2025 bertepatan dengan 70 tahun penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di tahun 1955. Afrika Selatan merupakan salah satu dari 29 negara yang hadir di Bandung dalam konferensi yang menjadi cikal bakal lahirnya solidaritas bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Keempat, keketuaan ini juga dilihat penting karena Afrika Selatan adalah anggota BRICS ketiga, setelah India dan Brasil memegang peran Presidensi G20. Keberadaan BRICS seringkali dikaitkan dengan manuver negara-negara pesaing AS dan G7 yang bertekad memangun kekuatan alternatif diluar kekuatan hegemoni Barat. Forum tersebut dibentuk tahun 2006 ketika pemimpin negara Brasil, India, China dan Rusia bertemu di St Petersburg Rusia yang diselenggarakan ketika pemimpin-pemimpin G8 bertemu. BRIC diformalkan di New York ketika menteri-menteri luar negeri keempat negara tersebut berkumpul dalam General Debate, PBB. KTT BRIC pertama kali diselenggarakan di Yekaterinburg, Russia pada tanggal 16 Juni 2009.
Afrika Selatan sendiri baru bergabung dalam BRICS di tahun 2010 dan mulai hadir dalam KTT BRICS ketiga di Sanya, China pada 14 April 2011.
Di bawah Bayang-Bayang Ancaman Trump
Posisi dan peran Afrika Selatan dalam konstelasi politik global saat ini juga menjadikan KTT G20 di Afrika Selatan semakin penting.
Afrika Selatan adalah negara yang berani berkonfrontasi dengan Israel sejak Israel melakukan invasi ke Gaza pada 7 Oktober 2023. Konfrontasi ini sekaligus memposisikan negara yang pernah dipimpin oleh Nelson Mandela, pemimpin anti-apartheid tersebut bersebarangan dengan Amerika Serikat, inisiator G7 dan G20.
Pada 29 Desember 2023, Afrika Selatan memasukan aplikasi ke Internasional Court of Justice atas tindak kekerasan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza di bawah Konvensi Genosida. Afrika Selatan menuntut Israel untuk melindungi hak-hak orang-orang Palestina dan tunduk pada konvensi Genosida untuk tidak melakukan genosida di Gaza.
Pada 6 Maret 2024 dan 10 Mei 2024, Afrika Selatan memperkuat tuntutannya terhadap Israel dengan sejumlah bukti-bukti tambahan. Tindakan Afrika Selatan mendapat dukungan dari sejumlah negara seperti Nikaragua, Kolumbia, Libya, Meksiko, Palestina, Spanyol, Turki, Chile, Maladewa dan Bolivia.
Amerika Serikat tampaknya terganggu dengan manuver Afrika Selatan dalam membawa kasus Israel, sekutu utama AS di Timur Tengah dalam Internasional Court of Justice yang bermarkas di Belanda tersebut. AS telah mengeluarkan US-South Africa Bilateral Relations Review Act, undang-undang yang dikeluarkan untuk meninjau kembali hubungan bilateral AS dan Afrika Selatan. Presiden AS harus menjelaskan ke Kongres apakah Afrika Selatan telah menjadi ancaman bagi keamanan nasional AS ataupun kepentingan kebijakan luar negeri AS.
Menteri Luar Negeri AS sudah menyatakan tidak akan menghadiri pertemuan menteri-menteri Luar Negeri G20 di Johannesburg, Afrika Selatan di tanggal 20-21 Februari 2025 ini dengan alasan: “South Africa is doing very bad things. Expropriating private property. Using G20 to promote ‘solidarity, equality, & sustainability.’ In other words: DEI and climate change.
Presiden Trump sendiri telah menyampaikan ancaman untuk memotong bantuan luar negeri AS ke Afrika Selatan dengan berbagai macam alasan.
Tantangan AS untuk G20
Dalam konteks hubungan Afrika Selatan dan AS yang sedang memanas tersebut, G20 mendapatkan tantangan yang cukup serius. Namun justru tantangan inilah yang menjadi ujian penting bagi keketuaan Afrika Selatan dan pemimpin-pemimpin G20 yang lain. Di bawah Trump, AS telah menunjukkan sikap yang tidak mendukung multilateralisme dan upaya kolektif global dalam mengatasi perubahan iklim.
Trump juga telah mengumumkan ancaman pemberlakuan tambahan tarif ke Kanada, Meksiko dan China karena disebut menjadi jalur bagi masuknya narkotika termasuk zat yang berbahaya bagi warga AS. Tindakan unilateralisme ini menunjukkan AS tidak patuh terhadap aturan-aturan WTO yang selama ini selalu dijaga oleh G20.
Trump juga memutuskan untuk mengevaluasi kembali bantuan luar negeri untuk negara-negara berkembang yang disalurkan melalui US Agency for Internasional Development (USAID) dengan pertimbangan efisiensi dan konsistensi dengan kebijakan luar negeri di bawah agenda America First. Untuk itu, AS membekukan bantuan luar negeri AS.
Keputusan AS ini tentu saja tidak sesuai dengan komitmen pemimpin-pemimpin G20 yang telah dibuat di tahun 2011, di mana pemimpin-pemimpin G20 bersepakat untuk meningkatkan bantuan luar negeri mereka untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang, khususnya negara miskin. Trump tampaknya memang tidak pernah tertarik dengan isu pembangunan di Afrika dengan berbagai alasan baik terkait prioritas Agenda America First maupun terkait respon AS terhadap meningkatknya perngaruh China di Afrika.
Apapun situasinya, Afrika Selatan harus mampu menggalang dukungan negara-negara G20 untuk memperbaharui kesepakatan-kesepakatan penting tentang multilateralisme dan komitmen pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim dalam konteks polikrisis saat ini. Ketika Trump memimpin AS di periode pertama, posisi-posisi AS dalam G20 memang merepotkan pemimpin-pemimpin G20 yang berkomitmen menjaga kesepakatan-kesepakatan G20. Kali ini tantangannya tentu saja tidak mudah. Cukup alasan untuk memperkuat kepemimpinan Afrika Selatan dalam momen yang jauh lebih sulit saat ini.
Referensi:
Application of the Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide in the Gaza Strip (South Africa v. Israel), https://www.icj-cij.org/sites/default/files/case-related/192/192-20241009-pre-01-00-en.pdf
Evolution of BRICS, https://brics2021.gov.in/about-brics#:~:text=2009%2CRussian%20Federation-,Evolution%20of%20BRICS,Outreach%20Summit%20in%20July%202006.
Vandome, Christopher (2025). “South Africa’s G20 Presidency is a chance for the West to engage with Global South Priorities.” https://www.chathamhouse.org/2025/01/south-africas-g20-presidency-chance-west-engage-global-south-priorities
Group of Twenty (G20) Summit 2025. https://www.esastap.org.za/g20-summit-2025/
DIRCO. “Special Address by President Cyril Ramaphosa at the World Economic Forum on South Africa’s G20 priorities, Davos-Klosters, Switzerland, 21 January 2025,” https://dirco.gov.za/special-address-by-president-cyril-ramaphosa-at-the-world-economic-forum-on-south-africas-g20-priorities-davos-klosters-switzerland-21-january-2025/
H.R. 7256 – US-South Africa Bilateral relations Review Act, https://www.congress.gov/bill/118th-congress/house-bill/7256#:~:text=This%20bill%20requires%20the%20President,security%20or%20foreign%20policy%20interests.
“Why Trump and South Africa are at odds.” https://time.com/7213703/trump-south-africa-elon-musk-white-land-expropriation-act-explainer/
“Implementing the President’s Executive Order on Reevaluating and Realigning United States Foreign Aid.” https://www.state.gov/implementing-the-presidents-executive-order-on-reevaluating-and-realigning-united-states-foreign-aid/