Dunia Hadapi Stagflasi Global Akibat Kenaikan Tarif AS

Perekonomian global betul-betul dalam kondisi yang semakin mengkhawatirkan setelah Trump kembali mengumumkan kebijakannya terkait kenaikan tarif atas impor dari negara-negara mitra dagang Amerika Serikat pada tanggal 2 April 2025.

Pada hari yang disebut Trump sebagai hari pembebasan (liberation day), Trump mengumumkan besaran kenaikan tarif untuk negara-negara mitra dagang AS yang menikmati surplus perdagangan dan berdampak deficit bagi AS. Presiden AS tersebut menyebut bahwa kebijakan tersebut sebagai darurat nasional untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, melindungi kedaulatan dan memperkuat keamanan nasional dan ekonomi.

Hari lahirnya kembali industri AS?

Dalam pidatonya, Trump menyampaikan bahwa “hari ini (2 April 2025) adalah hari pembebasan yang telah ditunggu dalam jangka waktu yang lama. 25 April 2025 akan diingat selamanya sebagai hari lahirnya kembali industri Amerika, hari di mana takdir AS akan diraih lagi, dan hari di mana Amerika akan menjadi sejahtera lagi.”

Dalam laman http://thewhitehouse.gov. yang diterbitkan tanggal 2 April 2025, ditegaskan bahwa: tarif tersebut sangat penting untuk memastikan perdagangan yang adil, melindungi pekerja Amerika Serikat dan mengatasi defisit perdagangan.

Di Laman resmi tersebut juga dituliskan bahwa mitra-mitra dagang AS selama ini mempraktikan kebijakan ekonomi yang merusak dan melemahkan kemampuan AS untuk memproduksi barang-barang penting bagi masyarakat dan militer serta mengancam keamanan nasional. Pada tahun 2024, AS mengalami defisit perdagangan sebesar 1,2 triliun USD lebih, yang oleh Presiden AS sebelumnya diabaikan.

Diperkirakan, perusahaan-perusahaan AS harus membayar lebih dari 200 miliar USD per tahun dalam bentuk pajak pertambahan nilai kepada pemerintah-pemerintah asing; sementara perusahaan-perusahaan Eropa tidak membayar pajak pendapatan dari ekspor mereka kepada AS

Gedung Putih juga menyebut bahwa AS mengalami kerugian besar antara 225 miliar USD hingga 600 miliar USD akibat barang palsu, perangkat lunak bajakan dan pencurian rahasia dagang. Ketidakseimbangan perdagangan telah menyebabkan banyak perusahaan manufaktur yang berbasis di AS pindah ke luar negeri dan merugikan kelas menengah di AS, sementara perekonomian non pasar seperti China semakin bertumbuh pesat.

Tarif resiprokal bagi mitra dagang yang surplus

Terdapat sekitar 90 negara yang mendapatkan kenaikan tarif impor di Amerika Serikat, termasuk  negara-negara anggota ASEAN. Sebagai contoh, impor produk-produk Uni Eropa, salah satu mitra dagang terbesar dengan sharing sebesar 18,3% di pasar AS dikenakan tarif sebesar 20%, dan produk Jepang  yang masuk ke AS dikenakan tarif sebesar 24%.

Enam negara ASEAN menghadapi kebijakan kenaikan tarif yang sangat besar. Vietnam yang sharing impornya di AS terbesar di antara negara-negara ASEAN (4,2%) harus membayar tarif sebesar 46%. Cambodia juga mengalami kenaikan tarif menjadi sebesar 49%, Indonesia dan Thailand 32%, Malaysia 24%, dan Singapura sebesar 10%.

NoNegaraShare import ASTarif Baru
1Vietnam4,2%46%
2Thailand1,9%32%
3Malaysia1,6%24%
4Singapore1,3%10%
5Indonesia0,9%32%
6Cambodia0,4%49%

Tarif resiprokal akan dimulai pada tanggal 9 April 2025 pukul 12.01 pagi. Tarif resiprokal tersebut ditambahkan pada tarif dasar sebesar 10% yang sudah berlaku pada 5 April 2025.

Risiko Inflasi & Stagnasi Global

Analis ekonomi internasional mengingatkan kemungkinan terjadinya krisis ekonomi dunia akibat kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Trump.

Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dikhawatirkan akan terjadi di banyak negara, khususnya negara-negara berkembang akibat produk-produk mereka tidak akan lagi sulit diterima di pasar AS seperti sebelumnya. Akibatnya pendapatan Perusahaan akan turun, karena tidak mudah bagi mereka untuk memindahkan ekspor mereka ke negara-negara lain.

Situasi ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara yang selama ini telah mengandalkan perdagangan dengan AS. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi global akan mengalami stagnasi atau bahkan penurunan.

Dikhawatirkan AS sendiri akan terkena dampak dari kebijakan tarif tersebut yang akan mengakselerasi terjadinya inflasi dan mengurangi pertumbuhan ekonomi AS. Media AS mengabarkan bahwa pengumuman kenaikan tarif dasar dan resiprokal Trump telah membuat warga AS cemas terhadap kemungkinan kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan sehari-sehari mereka. Mereka menyadari selama ini mereka telah mengkonsumsi barang-barang buatan India, China, dan negara-negara lain.

Sementara harga-harga menjadi tinggi, inflasi tidak dapat dihindarkan. Pertumbuhan ekonomi akan mengalami kemandegan. Situasi ini lah yang disebut dengan stagflasi.

Reaksi bursa saham menunjukkan indikasi negatif terhadap kebijakan tarif resiprokal Trump tersebut. Rata-rata penurunan indeks di bursa saham mencapai antara 2-3,5 persen pada hari pembebasan tersebut. Pada hari berikutnya (3 April) penurunannya bahkan mencapai 4-6%. Ini menunjukkan signal buruk awal bagi munculnya situasi stagflasi, di mana sentimen pasar cenderung negatif terhadap kebijakan eratik Presiden yang baru resmi menjabat kurang dari tiga bulan.

Penulis: YP Hermawan

Sumber:

https://www.whitehouse.gov/fact-sheets/2025/04/fact-sheet-president-donald-j-trump-declares-national-emergency-to-increase-our-competitive-edge-protect-our-sovereignty-and-strengthen-our-national-and-economic-security

https://www.kemendag.go.id/berita/pojok-media/trump-tetapkan-tarif-impor-32-persen-untuk-indonesia

https://www.reuters.com/markets/trump-tariffs-pile-stress-ailing-world-economy-2025-04-02

https://www.cbsnews.com/news/trump-tariffs-economists-forecast-stagflation-recession-risk

https://www.wsj.com/livecoverage/trump-tariffs-trade-war-stock-market-04-02-2025